Baca juga: Akan Diberi Gelar Pahlawan Nasional, Siapa Sosok Kapolri Pertama Soekanto?
Setelah Raden Mattaher gugur di Muaro Jambi, 10 September 1907, maka pasukan Belanda mengangkut mayat Raden Mattaher untuk dipertontonkan kepada khalayak ramai.
Atas permintaan para pemuka agama, maka Raden Mattaher dimakamkan secara Islam di pemakaman Raja-raja Jambi di pinggiran Danau Sipin.
Menurut Arman, pada masa mudanya, Raden Mattaher adalah seorang pemuda yang belum memikul suatu jabatan apa pun di dalam kesultanan Jambi. Tapi beliau telah memperlihatkan sebagai seorang kesatria, berani, cerdas, dan pandai mengatur strategi.
Setelah Raden Mattaher gugur, pertempuran tetap membara di berbagai penjuru. Tetapi tidak lama dan kerap menelan kekalahan.
Makam kelingking di kawasan candi
Budayawan asal Muaro Jambi, Abdul Havis atau akrab disapa Ahok menuturkan, jejak perjuangan dan peninggalan Raden Mattaher yang otentik masih ditemukan di dekat kompleks Candi Muarojambi.
"Rumah panggung tua terbuat dari papan dan menjadi tempat gugurnya sang pahlawan," kata Ahok menjelaskan.
Pada rumah itu terdapat lubang bekas tembakan peluru tentara Belanda. Tak jauh dari rumahnya, terdapat makam jari kelingking Raden Mattaher.
Masyarakat di Desa Muarajambi meyakini makam jari kelingking itu adalah milik Raden Mattaher. Menurut masyarakat setempat, jari pahlawan yang dikenal dengan Singo Kumpeh itu putus dan tertinggal dalam perang sekitar tahun 1907.
Bukti yang menguatkan, sambung Ahok, adalah pada jarinya terdapat inai (pewarna kuku). Sebelum perang, Raden Mattaher sempat memakai inai sebagai tanda. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Raden Mattaher Jadi Pahlawan Nasional, Panglima Perang yang Ditakuti, Gugur Usai Shalat Malam, https://regional.kompas.com/read/2020/11/07/16481261/raden-mattaher-jadi-pahlawan-nasional-panglima-perang-yang-ditakuti-gugur?page=all#page2.