TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Ida Pedanda Wayahan Bun dari Griya Sanur Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Bali buka suara terkait dirinya yang mendampingi permintaan maaf anggota DPD RI, Arya Wedakarna (AWK) terkait video yang dinilai AWK telah diedit sehingga menyebabkan kegaduhan di Bali.
Ida Pedanda Wayahan Bun menyebut AWK bukan orang baru datang ke griyanya.
Ditemui, Senin (9/11/2020), Ida Pedanda Wayahan Bun mengatakan, AWK memang sering datang ke griya.
Mulai dari meminta bantuan Ida untuk menjadi pemimpin upacara di Museumnya di Tampaksiring termasuk upacara nilepati (penyucian leluhur) yang dilakukan AWK beberapa waktu lalu.
Baca juga: AWK Minta Maaf Via Instagram, Ketua PHDI Bali: Ucapan Harus Direalisasikan dengan Wujud Perilaku
Tak hanya itu, kata Ida, AWK juga selalu hadir ketika di griya menggelar upacara agung.
"Dia memang sering nangkil meriki (datang ke sini). Karena setiap ada upacara di museumnya di Tampaksiring dia nangkil ke sini mohon agar saya yang muput (memimpin upacara), termasuk upacara nilepati beberapa waktu lalu. Begitu juga ketika ada acara agung di griya dia juga tetap hadir," ujarnya.
Terkait kedatangan AWK, Minggu (8/11/2020) Ida Pedanda pensiunan Dosen Fakultas Sastra Universitas Udayana ini mengatakan, kedatangannya bertujuan untuk meminta saran apa yang seharusnya ia lalukan di tengah masyarakat Bali saat ini.
Dalam hal ini, Ida menyarankan selain mohon maaf kepada umat Hindu, disarankan juga agar menggelar upacara guru piduka di beberapa pura yang ia sebut pada video yang tersebar di media sosial tersebut.
Ida tak menampik, saat awal video AWK viral, banyak Brahmana yang emosi terhadap apa yang disampaikan AWK dalam dharmawacana tersebut.
Baca juga: Bali Dikabarkan Akan Buka Penerbangan Internasional 1 Desember Mendatang, Ini Penjelasan Sekda
Terlebih lagi AWK, belum lama ini juga ada potongan video, dimana AWK medoakan hal yang negatif pada sulinggih.
Namun sebagai orang suci, ia tetap membukakan pintu maaf terhadap siapapun.
"Bukan karena AWK dekat dengan griya di sini, siapapun dekat dengan ratu. Namun itu memang harus ditanggapi, tetapi tanggapi dengan cara Brahmana. Karena Brahmana tidak suka bila dipuji, apabila dihina juga tidak duka, maka ratu hadapi dengan tenang," ujarnya.
"Dia ke sini terkait kegaduhan masyarakat Bali berawal dari ungkapannya itu. Makanya untuk di Bali secara nyata, ratu arahkan agar segera dia minta maaf kepada umat. Kemudian menghaturkan guru piduka kepada Ida Bhatara yang ia sebut di dalam video, sesegera mungkin, dan kemarin dia bilang sanggup akan menggelar upacara itu," ucapnya.
Terkait kegaduhan saat ini, Ida berpesan supaya hal ini dijadikan sebagai instrospeksi diri.
Terkait tindak fisik yang diterima AWK beberapa waktu ini, Ida Pedanda mengatakan hal itu harus disyukuri oleh AWK.
"Tindakan fisik yang didapatkan oleh AWK dari pendemo beberapa waktu lalu, seharusnya disyukuri oleh AWK. Sebab sebagai peringatan jangan hanya mengeluh, bila pemimpin tangguh memang harus banyak dapat tamparan. Tamparan atau pukulan seperti itu tidak ada artinya. Seperti Pandawa memimpin Astina justru banyak tamparan, apabila dikelola dapat kita pakai untuk mendewasan diri," tandasnya.
Permintaan Maaf AWK
Lewat unggahan videonya di akun instagram miliknya, anggota DPD RI Dapil Bali, Arya Wedakarna (AWK) menyampaikan permintaan maaf atas kegaduhan yang diciptakannya.
Dalam video tersebut, dirinya menyampaikan permintaan maaf di hadapan Ida Pedanda Nabe Gede Wayahan Bun di Griya Sanur Pejeng, Gianyar.
Di video tersebut, AWK mengaku datang ke griya tersebut untuk meminta nasehat atas fenomena yang terjadi akhir-akhir ini di Bali.
“Saya di hadapan beliau sebagai orang suci, sebagai tokoh Hindu siap melaksanakan nasehat-nasehat beliau, kuncinya mulat sarira dan saya juga siap melaksanakan upacara guru piduka sesuai dengan nasihat beliau,” kata AWK dalam video berdurasi 3 menit 23 detik tersebut.
Ia juga meminta maaf kepada masyarakat Bali di seluruh nusantara jika ada sesuatu yang menimbulkan kegaduhan atas ucapannya di penggalan-penggalan video yang tersebar.
“Kepada masyarakat Bali dimanapun berada, di seluruh Nusantara saya mohon maaf seandainya ada sesuatu akan kegaduhan yang disebabkan oleh penggalan-penggalan video saya. Mari sekarang bersatu di bawah payung Hindu Dharma sebagai wangsa Bali, semoga saya diberikan suatu pengampunan dan astungkara saya akan menjadi sosok yang akan lebih baik di masa depan,” katanya.
Terkait video tersebut, Ketua PHDI Bali, Prof. Dr. I Gusti Ngurah Sudiana yang dikonfirmasi Senin (9/11/2020) siang mengatakan, jika dilihat dari sisi agama, artinya AWK mau berubah ke arah yang lebih baik.
“Itu artinya, kalau mau seperti itu, dari sisi agama, ya artinya mau berubah ke arah yang baik,” katanya.
Walaupun demikian, ucapannya tersebut harus direalisasikan dengan wujud perilaku sesuai dengan apa yang telah dikatakan.
“Dengan catatan tidak hanya kata-kata, harus direalisasikan dengan wujud perilaku sesuai dengan yang dikatakan. Kalau permintaan maaf, menurut saya sendiri adalah salah satu upaya untuk merubah diri dan upaya untuk memberikan ketenangan bagi yang merasa tersinggung sehingga adanya hal ini AWK berharap dirinya diberi maaf,” kata Sudiana.
Namun terkait proses hukum yang berjalan, pihaknya mengaku tetap menjadi ranah pihak yang berwenang.
Dari PHDI telah memberikan pernyataan bahwa AWK harus minta maaf sekala dan niskala.
“Kalau proses hukum PHDI tidak bisa ikut campur. Proses hukum urusan aparat keamanan, dan diserahkan kepada aparat hukum,” katanya.
Pihaknya juga berharap, dengan adanya peristiwa ini akan menjadi pelajaran bagi AWK sendiri.
Tak hanya itu, juga akan menjadi pelajaran bagi tokoh maupun masyarakat lainnya sehingga hal seperti ini tak terulang lagi.
*Hingga saat ini wartawan Tribun Bali belum berhasil menghubungi AWK untuk memberikan konfirmasi soal video permintan maaf tersebut.
Meski sudah beberapa kali dihubungi, namun yang bersangkutan belum memberi jawaban apapun.