Biasanya, anak-anak perempuan tertarik ikut ngayah Rejang Sutri saat mepayas. Sehingga sebagai hadiah sekaligus motivasi, Desa Adat Batuan memberikan alat tulis berupa buku, pensil dan pulpen.
Tradisi ini mesineb atau berakhir, ditandai dengan pementasan terakhir setiap Ngembak Geni atau sehari setelah Hari Suci Nyepi.
I Made Djabur juga menjelaskan, Rejang Sutri ini diyakini sebagai penetralisir sasih gering yang ditandai dengan berjangkitnya berbagai macam penyakit.
"Meskipun sekarang musim Covid-19, tradisi sakral Rejang Sutri tetap dilaksanakan. Kami di Desa Adat Batuan tidak berani meniadakan. Dengan catatan, protokol kesehatan tetap dijalankan, diantaranya wajib masker, jaga jarak, dan cuci tangan. Waktu menari jaga jarak. Kami tetap ikuti imbauan pemerintah terkait prokes," tegasnya. (aa seri kusniarti)