Kriminolog Unud Catat Tiga Kelebihan Golose
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Irjen Pol Petrus Reinhard Golose sudah melepas jabatan sebagai Kapolda Bali dalam acara serah terima jabatan (sertijab) di Mabes Polri Jakarta, Jumat (20/11/2020).
Golose digantikan Irjen Pol Putu Jayan Danu Putra.
Kiprah pengabdian Petrus Golose selama empat tahun menjabat Kapolda Bali patut diacungi jempol dan diteruskan pejabat yang baru.
Guru Besar Hukum Pidana dan Kriminologi Fakultas Hukum Universitas Udayana (Unud), Prof Rai Setiabudhi menilai Irjen Pol Petrus Golose telah menorehkan sejumlah catatan luar biasa selama bertugas di Bali sejak 2016.
"Saya sangat mengamati beliau, karena kita ada kerja sama Polda Bali dan Universitas Udayana meneliti kinerja Irjen Pol Golose. Hasilnya memang luar biasa selama empat tahun menjabat Kapolda di Bali," kata Prof Rai kepada Tribun Bali, Sabtu (21/11/2020).
Menurutnya, secara umum sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) kepolisian menjaga kemanan, penegakan hukum dan memberi perlindungan serta pengayoman kepada masyarakat dijalankan Petrus Golose sangat baik.
"Penelitian kita lakukan dengan metode yang mendekati kebenaran, hasilnya secara umum tugas-tugas itu sudah sangat baik dilakukan,” jelasnya.
Prof Rai mencatat tiga kelebihan Golose selama menjabat sebagai Kapolda. Pertama, memiliki komitmen yang kuat terhadap pemberantasan narkotika di Bali.
"Bali daerah wisata, tapi juga narkobanya luar biasa. Beliau tegas, saya ingat waktu kasus Akasaka beliau tegas sekali memproses dan menutup semua. Bukti yang lain banyak," ujarnya.
Prof Rai mengatakan, Petrus Golose pun memiliki komitmen tinggi dalam pemberantasan terorisme.
"Beliau pernah menjadi bagian Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) jadi sangat menguasai. Mudah mudahan ke depan Bali aman. Karena bagaimanapun dari hasil deteksi, Bali menjadi incaran teroris, syukur bisa dideteksi lebih awal, " paparnya.
Disamping itu, Golose cakap memberantas premanisme di Bali.
Hal-hal inilah, kata Prof Rai, yang harus dipertahankan dan diteruskan Kapolda Bali yang baru.
"Bali sebagai daerah pariwisata harus bebas premanisme supaya orang-orang tidak khawatir di Bali," ujarnya.