TRIBUN-BALI.COM, SURABAYA - Seorang pemuda MR (16) ditemukan tewas tergeletak di tengah Jalan Tembaan dengan kondisi bersimbah darah, Jumat (27/11) pagi.
Pemuda asal Gembong IV itu mengalami luka bacok di bagian belakang kepala, dada hingga ke perut. Korban diduga korban tawuran antra geng, Jumat dini hari yang kapan hari sempat ramai.
Jasad pemuda nahas yang tergeletak di Jalan Tembaan itu mengenakan kaus hitam lengan panjang dan celana pendek biru bertuliskan angka 23. Kondisinya telentang dengan tangan mengangkat ke atas dan kepala condong ke arah kiri.
Di lokasi kejadian, terlihat jelas bekas darah mengucur dengan jarak lima meter dari tempat korban meregang nyawa. Bekas darah yang terlihat menggaris tebal itu ditengarai korban minta pertolongan sebelum meninggal.
Peristiwa penemuan jasad MR dilaporkan warga sekitar pukul 04.53 WIB. Korban yang tergeletak sempat ditutupi ranting daun oleh petugas agar tak jadi tontonan warga.
Warsito, salah satu tukang becak yang ada di sekitar lokasi, mengatakan korban pertama kali ditemukan sudah dalam kondisi tergeletak. "Saya tahunya pas sudah tergeletak gitu. Belum ramai. Saya takut kalau dekat-dekat, takutnya ada gimana-gimana. Akhirnya nunggu ada petugas yang datang," kata pria 57 tahun itu.
Tak lama kemudian, petugas gabungan mendatangi lokasi termasuk tim Inafis Satreskrim Polrestabes Surabaya.
Usai melakukan olah TKP awal, polisi membawa jasad korban ke RSUD Dr Soetomo Surabaya untuk autopsi.
Setia Kawan
Deni teman sekolah MR, mengatakan korban merupakan anak yang setia kawan. Dalam pergaulan, MR tak pandang bulu memilih teman.
"Dia anaknya baik. Asyik juga. Suka ngasih kalau temen lagi butuh," kata Deni saat ditemui di pemakaman.
Deni mengaku belum tahu pasti penyebab kematian teman SMPnya itu. "Saya tidak tahu pasti, katanya tawuran kena bacok," tandasnya.
Jenazah MR diberangkatkan dari rumah duka di Gembong IV sekitar pukul 13.21 WIB dan dimakamkan di pemakaman umum Rangkah Surabaya.
Isak tangis keluarga dan kerabat turut iringi kepergian MR menuju pusara terakhirnya.
Sementara itu, Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol J.E. Isir, menegaskan tak akan memberi ruang aksi kejahatan hingga menyebabkan korban jiwa.
Ketika dikonfirmasi Surya, mantan Wakasat Reskrim Polrestabes Surabaya mengaku tewasnya MR siswa kelas X SMK Rajasa, Surabaya menjadi atensi kepolisian.
"Kami sudah bergerak melakukan penyelidikan dan pengejaran terhadap para pelakunya. Mohon doanya agar segera tertangkap," kata Isir saat dihubungi melalui ponselnya, Jumat (27/11).
Kematian MR dengan luka bacok di tubuhnya ditangani Satreskrim Polrestabes Surabaya.
Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Oki Ahadian sudah menerjunkan Unit Jatanras dan Unit Resmob untuk menyelidiki tewasnya MR.
"Dugaannya tawuran. Kami masih lakukan penyelidikan," tegasnya.
Meski begitu, Oki belum membuka kepastian penyebab tewasnya MR yang diduga merupakan kelompok geng yang menjadi korban geng lainnya di Surabaya. "Belum sampai kesana. Itu masih dugaan. Masih kami dalami," terangnya.
Cong Jangan Pulang Malam-malam, Ini Malam Jimat
Marsuli (47) ayah MR (16), tak menyangka jika percakapan bersama anak bungsunya malam itu merupakan terakhir kalinya.
Kamis, (26/11/2020) malam, Marsuli yang tinggal di Gembong IV sempat mengingatkan pada anak keempatnya untuk tidak ke luar rumah hingga larut.
"Saya sempat nyeletuk, cong (nak dalam Bahasa Madura), jangan pulang malam-malam. Sekarang malam Jumat," kata Marsuli saat ditemui di pemakaman MR, Jumat (26/11).
Saat itu, MR pamit hendak ke warung kopi di Gembong Gang III belakang rumahnya untuk sekadar nongkrong sambil memanfaatkan wifi gratis. MR sempat meminta uang 10.000 ke ayahnya untuk membeli makanan kesukaannya, pentol.
"Itu pamit sekitar pukul 20.00 WIB, saya kasih uang 10.000 karena habis bantuin saya angkat-angkat barang bekas. Terus saya pesan ke dia (korban) jangan malam-malam pulangnya," lanjut Marsuli.
Sekitar pukul 22.00 WIB, ibu korban sempat mengecek keberadaan anaknya di warung kopi. "Masih ada di warung kopi. Jam 22.00 WIB itu. Disuruh pulang katanya bentar lagi," lanjut Marsuli menirukan percakapan korban dengan ibunya.
Terlewat jam, Marsuli lengah dan mendapati anaknya tak kunjung pulang. Hingga, Jumat (27/11) pukul 04.00 WIB usai salat Subuh, Marsuli dikejutkan dengan tiga anak kecil teman MR yang datang ke rumahnya sambil berteriak.
"Saya dikabari sama anak-anak kecil itu, lihat di foto WA gitu ada foto anak saya katanya kena bacok. Saya langsung pergi ke Jalan Tembaan," terangnya.
Setelah sampai di TKP, Marsuli langsung lemas. Ia tak menyangka jika yang dilihatnya itu jasad anaknya yang ditutup ranting dan daun.
"Saya waktu itu mau nangis tidak bisa. Marah tidak bisa. Sudah saya ikhlas saja," paparnya.
Menurut keterangan Marsuli, MR mengalami luka bacok di dada sebelah kiri hingga tembus ke bagian perut kiri, betis kiri dan kepala bagian belakang. Tak hanya itu, sekujur tubuh MR memar dan terdapat luka gores di bagian wajah.
Marsuli meminta pada polisi agar segera mengungkap pelaku yang tega menghabisi nyawa anaknya. "Saya berharap pelakunya segera ditangkap. Ada beberapa foto yang ditunjukkan sama teman-teman anak saya," tandasnya.