Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG – Panglingsir Puri Agung Klungkung, Ida Dalem Semara Putra, mengakui pernah mendengar suara kulkul di Pura Pejenengan Puri Agung Klungkung.
Walau tidak sering, ia pernah suaranya mendengar sebelum terjadi gempa bumi di Sumatera Barat.
“Hanya pernah tiang (saya) dengar sekali waktu tengah malam, itu sebelum ada gempa bumi di Sumatera Barat. Saya mendengar suara kulkul tengah malam, dan besoknya saya tanya pada orang-orang apa ada yang bunyikan kulkul tengah malam. Ternyata tidak ada. Berarti beliau yang bersuara,” jelasnya kepada Tribun Bali, Minggu (29/11/2020) di Klungkung.
Baca juga: Waspada Musim Hujan, Pohon Ketapang Tumbang di Jalan Danau Poso Denpasar
Baca juga: Dang-Dung, Demikian Bunyi Kulkul Pejenengan Tanda Marabahaya Akan Datang
Baca juga: Usai Dihantam Alaves, Berikut 3 Fakta Menyedihkan Real Madrid
Ida Dalem, sapaan akrabnya, menceritakan bahwa di masa kecilnya kulkul ini tidak berada di Pura Pejenengan Puri Agung Klungkung.
Namun berada di Pura Dalem Kresek.
Hal ini sesuai dengan cerita pemangku pura, yang mengatakan bahwa kulkul sempat dipindahkan karena ada perang hebat antara pasukan Belanda dan pribumi di Klungkung.
“Nah setelah akan pratiwa ajik tiang ke tiang. Baru dibawa lagi ke sini. Dan pada waktu itulah, baru dibunyikan secara manual. Dan setelah itu terus di sini,” jelasnya.
Baca juga: Kronologi Polisi Razia Aksi Balap Liar di Denpasar Minggu Dini Hari, Puluhan Pemuda Ini Diamankan
Baca juga: Anies Copot Wali Kota Jakpus dan Kadis LH, Buntut Pinjamkan Toilet Portable Saat Acara Habib Rizieq
Baca juga: Benarkah Habib Rizieq Kabur Saat Dirawat di RS UMMI Bogor? Begini Penjelasan FPI
Kemudian terdengarlah suara kulkul, beberapa kali tanpa ada yang memukul. Mengenai suaranya ia tidak tahu pasti.
Intinya, kata dia, kalau beliau (kulkul) ini bersuara maka semua harus siap-siap saja dan waspada.
Melakukan langkah-langkah antisipasi, agar bisa selamat dan aman terhindar dari marabahaya.
Ida Dalem menjelaskan, memang sejak 1967 kulkul ini tidak sering dipukul secara manual.
Baca juga: Wisata Religi Unggulan, Pura Campuhan Windhu Segara Disambangi Kemenparekraf
Baca juga: Satgas Covid-19 Kota Bogor Membenarkan Pihaknya Melaporkan RS Ummi ke Polisi
Baca juga: Berebut Cewek Pemandu Karaoke, Pemuda Ini Tewas Ditikam Sesama Pengunjung
“Jarang sekali, karena jika dipukul secara manual itu apabila ada upacara-upacara besar di puri. Seperti misalnya ada palebon, karya ngenteg linggih, atau abisheka itu baru dipukul secara manual. Selain itu ya ida bunyi sendiri,” katanya.
Ia mengatakan, bahwa kulkul ini sebagai penjaga umat dari marabahaya.
Dengan memberi peringatan dari suaranya.
“Jadi beliau memberikan peringatan kepada kami, dan masyarakat supaya melakukan langkah-langkah yang perlu. Untuk mencegah adanya marabahaya, jadi untuk meningkatkan kewaspadaan juga,” katanya. (*)