Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Tingkat hunian (okupansi) hotel di kawasan The Nusa Dua, Kuta Selatan, Badung, Bali selama periode bulan November 2020 stabil.
Bahkan jika hal tersebut dipertahankan tingkat kepercayaan wisatawan akan tumbuh di bulan Desember yang dibarengi dengan adanya libur Natal dan Tahun Baru.
"Kami di kawasan The Nusa Dua yang dikelola oleh ITDC telah memonitor untuk booking kamar hotel dari domestik di bulan Desember relatif bagus," ujar Managing Director The Nusa Dua, I Gusti Ngurah Ardita, Rabu (2/12/2020) saat dihubungi tribunbali.com.
Bagusnya di mana?
Menurutnya pemesanan kamar atau booking dari tanggal 1 sampai 24 Desember rata-rata okupansi 12 persen, tanggal 24 sampai akhir tahun itu sudah mencapai 32 persen rata-rata.
"Bahkan ada beberapa hotel yang sudah mencapai okupansi diatas 60 persen untuk bookingnya. Hingga tanggal 5 Januari itu mencapai 30 persen rata-rata," ungkapnya.
Ngurah Ardita menyampaikan ini merupakan suatu hal positif yang perlu kita jaga semua, dan tentunya tidak kalah pentingnya adalah tetap menjaga dengan baik dan mengimplementasikan protokol kesehatan Covid-19.
Karena itu menjadi komponen penting dan menjadi tolok ukur keberhasilan kita kedepan untuk memulai kegiatan kepariwisataan ini ditengah pandemi.
Program promosi dari hotel-hotel yang ada di kawasan The Nusa Dua di penghujung akhir tahun bervariasi dan tentu juga menarik bagi wisatawan untuk menginap disini.
"Yang mereka tawarkan (promo akhir tahun) cukup menarik ya. Dan dari 19 hotel yang ada disini kemarin ada 6 hotel yang belum beroperasi dan dari komunikasi kami terakhir dengan mereka, 5 hotel itu pertengahan Desember sudah mulai beroperasi. Jadi tinggal 1 hotel saja yang memang belum beroperasi dan ini menurut mereka akan tutup hingga awal 2021," papar Ardita.
Disinggung mengenai bagaimana apakah Bali perlu segera membuka pintu pariwisata bagi wisatawan mancanegara?
Menurutnya tidak semudah itu, kita lihat masing-masing negara mempunyai pertimbangan dan cara untuk menjaga keamanan warganya, tidak semata-mata kalau kita nyatakan buka belum tentu juga ada yang datang.
Karena mereka (Negara-nya) masih melarang warganya berpergian ke luar negeri, mungkin perlu ada pola-pola yang perlu kita persiapkan sehingga mereka saat dibolehkan melakukan perjalanan wisata ke luar negeri dan kita sudah siap.
"Perlu kita siapkan konsep-konsep yang menurut mereka dan menurut kita standarnya itu aman. Ini sangat penting yang perlu dilakukan, mungkin dengan bubble travel atau lain sebagainya. Tapi bagaimana mengimplementasikan karena paling utama adalah aspek kesehatan yang menjadi no satu," jelasnya.