Laporan Wartawan Tribun Bali, Noviana Windri Rahmawati
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Keberhasilan Gung Tini Gorda dalam memperjuangkan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak tak luput dari peran orangtuanya.
Sejak ditinggal oleh ibunda, I Gusti Ayu Ngurah Ratyni pada 30 Oktober 1993 silam, membuat Gung Tini Gorda menjadi dekat dengan ayahnya.
Sang ayahanda, almarhum Prof. DR. Drs.I Gusti Ngurah Gorda,MS.,MM adalah seorang tokoh pendidikan di Bali dengan spirit membangun SDM lewat pendidikan yang namanya terus dikenang sepanjang masa.
Prof. IGN Gorda adalah salah satu pendiri Yayasan Perdiknas (Perkumpulan Pendidikan Nasional) yang melahirkan Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS) yang juga SMP Nasional dan SMK Teknologi Nasional.
Baca juga: Agung Demon Jual Kaus Marilyn Manson Rp 18 Juta, Dia Beli di Pasar Kodok Cuma Rp 25 Ribu
Baca juga: 3 Kabupaten di Bali Catatkan Kasus DBD Tertinggi Nasional, Dinkes Provinsi Bali Akan Lakukan Hal Ini
Baca juga: WIKI BALI - Ini Profil A.A.A.Ngurah Tini Rusmini Gorda, Wanita yang Menerima API 2020
"Bahagia sekali lahir di keluarga saya. Saya benar-benar dididik untuk bisa di ruang keluarga. Hari ini saya bisa menikmati kebahagiaan itu ketika saya taat orangtua," ungkapnya.
Sejak kecil, Gung Tini Gorda sering dilibatkan oleh sang ayah dalam semua kegiatan apapun.
Hingga ia menyimpulkan bahwa learning by doing itu betul-betul melekat di dalam dirinya.
Gung Tini Gorda mengungkapkan, meski dirinya adalah anak pertama dari empat bersaudara, namun sang ayah memperlakukan anak-anaknya dengan setara.
"Saya belajar dari ayah saya tentang kesetaraan. Oleh sebab itu kami tidak pernah ribut soal kesetaraan. Karena kami sudah melakukan dan merasakan," tambahnya.
Momen saat sang ayah, Prof. I Gusti Ngurah Gorda wafat pada 23 Oktober 2007 adalah momen yang paling tidak bisa ia lupakan.
Saat itu, saat ajal mendekati sang ayah, Gung Tini Gorda membisikkan bahwa anak-anaknya telah siap jika ditinggalkan.
Bahkan, saat itu, sang ayah tetap ingin berkomunikasi dengan putri kesayangannya di akhir hayat.
"Saya sangat diperhatikan oleh ayah saya. Sebelum beliau meninggal juga saya menyimpulkan bahwa dulu saya diajak kemanapun adalah untuk menggantikan posisinya mengembangkan pendidikan," pungkasnya.
Sang ayahlah yang banyak menginspirasi dan tugas yang masih tertinggal sebelum menghembuskan nafas terakhir adalah mensosialisasikan sebuah buku.