Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Umat Hindu di Bali tak bisa dipisahkan dari ritual atau upacara.
Mulai dari Kajeng Kliwon yang rutin dilaksanakan setiap 15 hari sekali, begitupula Purnama Tilem dan hari raya besar lainnya termasuk Buda Wage Klawu.
Buda Wage Klawu ini dirayakan setiap enam bulan sekali atau 210 hari sekali.
Pertemuan antara saptawara Buda (Rabu) dengan pancawara Wage serta wuku Klawu inilah yang disebut sebagai hari raya Buda Wage Klawu.
Baca juga: Lahir Senin Paing Klawu, Awalnya Menderita Jadi Bahagia, Hidup Senang Saat Umur Ini
Baca juga: Lahir Minggu Umanis Klawu, Memiliki Jiwa Sosial, Ada Kejutan yang Menunggu
Baca juga: Penuh Liku, Namun Suatu Saat Menemui Kebahagiaan, Begini Nasib Orang Yang Lahir Kamis Kliwon Klawu
Hari raya ini juga dikenal dengan nama Buda Cemeng Klawu dan dirayakan hari ini, Rabu (13/1/2021).
Hari raya ini merupakan pemujaan terhadap Bhatara Rambut Sedana yang dilaksanakan di merajan keluarga, pemilik toko, pura khayangan tiga desa pakraman, maupun pura khayangan jagat di Bali.
Beberapa umat Hindu juga ada yang memaknainya dengan menghaturkan banten di tempat penyimpanan uang maupun di uangnya.
Selain itu, dalam lontar Sundarigama disebutkan;
Buda waga, ngaraning Buda Cemeng, kalingania adnyana suksema pegating indria, betari manik galih sira mayoga, nurunaken Sang Hyang Ongkara mertha ring sanggar, muang ring luwuring aturu, astawakna ring seri nini kunang duluring diana semadi ring latri kala.
Berdasarkan terjemahan lontar Sundarigama yang diterbitkan oleh Parisada Hindu Darma Kabupaten Tabanan tahun 1976, artinya;
Budha Wage, Budha cemeng namanya, keterangannya ialah, mewujudkan inti hakekat kesucian pikiran, yakni putusnya sifat-sifat kenafsuan, itulah yoga dari Bhatari Manik Galih, dengan jalan menurunkan Sang Hyang Omkara amrta (inti hakekat kehidupan), di luar ruang lingkup dunia skala.
Maka patut melakukakan upacara dengan sarana wangi-wangi, memuja disanggar dan di atas tempat tidur serta menghaturkan kepada Sang Hyang Çri, lalu melakukan renungan suci pada malam harinya.
Selain itu, dalam kepercayaan masyarakat Bali pada hari ini tidak diperbolehkan untuk melakukan transaksi dengan uang misalnya membayar hutang, menagih hutang atau menabung.
Walaupun pada saat ini kepercayaan ini sangat sulit untuk dilaksanakan, namun ada pelajaran berharga yang bisa dipetik bahwa sebagai manusia kita harus mampu untuk mengendalikan diri dan mengekang hawa nafsu.