Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali menyambut baik rencana Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Sandiaga Salahuddin Uno yang berencana berkantor di Pulau Dewata.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Putu Astawa mengungkapkan, dengan berkantornya Menparekraf RI di Bali nantinya bisa lebih cepat memahami kondisi riil yang terjadi di lapangan.
Selain itu, dengan berkantor di Bali, Menparekraf RI bisa mengambil solusi lebih tajam atas permasalahan pariwisata saat ini.
"Artinya beliau bisa menyaksikan langsung lah permasalahan riil yang terjadi di lapangan. Kan begitu bagusnya," kata Astawa saat dihubungi Tribun Bali dari Denpasar, Minggu, 24 Januari 2020.
Baca juga: Menparekraf Sandiaga Uno Bakal Ngantor di Bali, Ingin Rasakan Geliat Pemulihan Pariwisata Bali
Astawa menilai, Sandiaga Uno sebagai Menparekraf RI memang selalu ingin bergerak cepat dan mengutamakan kolaborasi dan sinergi.
"Saya menyambut positif keinginan beliau berkantor di Bali sehingga memudahkan komunikasi, koordinasi, kolaborasi. Artinya positif lah itu," terangnya.
Selain itu, Astawa berharap dengan berkantor di Bali, Menparekraf RI bisa lebih banyak membawa acara-acara kementeriannya di Pulau Dewata.
Dengan begitu, pelaku pariwisata Bali bisa lebih menggeliat di tengah kondisi pandemi Covid-19.
"Nantinya itu kita bisa konsolidasikan bersama, kita bisa membuat usulan kegiatan bersama dan beliau bisa memahami kondisi riilnya sehingga lebih mudah mengambil keputusan," kata Astawa.
Diberitakan Tribun Bali sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyebut dirinya ingin berkantor di Bali.
Hal itu untuk melihat dan merasakan langsung pemulihan pariwisata Pulau Dewata.
“Berkantor di Bali paling tidak sebulan sekali beberapa hari. Ini berkantor benar ya, bukan berkunjung, tapi berkantor," kata Sandiaga.
Hal itu diungkapkan Sandiaga dalam webinar bertajuk “Merajut Tali Gagasan Bali Kembali dan Kebijakan Pemerintah Terhadap Keberlangsungan Pariwisata di Bali 2021”, Sabtu 23 Januari 2021.
Berdasarkan keterangan pers yang diberikan oleh Kemenparekraf, Minggu 24 Januari 2021, dengan berkantor di Bali, Sandiaga akan merasakan geliat dari segi perhatian, tambahan kebijakan, serta kemampuannya menyampaikan pemulihan pariwisata Bali kepada Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Baca juga: Menparekraf Sandiaga Targetkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara hingga 7 Juta pada 2021, Bisakah?
Saat ini, inisiatif tersebut tengah dikaji secara komprehensif.
Menurut Sandiaga, berkantor di Bali sangat diperlukan karena berkaitan dengan prinsipnya yang percaya jika melihat, mendengar, dan merasakan langsung.
“Ini kita sedang coba finalkan agar perhatian ini, seeing is believing.
Kalau cuma ngomong-ngomong dari Jakarta, enggak ada di Bali, pasti enggak akan punya kredibilitas,” jelasnya.
Sandiaga melanjutkan, berkantor di Bali juga dapat membuka ruang diskusi antara dirinya dengan pelaku usaha atau pemerhati sosial seperti Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik yang akrab disapa Mbok Niluh.
“Saya sangat menikmati kalau kita langsung mendengar tanpa ada laporan dari staf Kemenparekraf yang ‘asal bapak senang’,” ujarnya.
Kendati demikian, keputusan berkantor di Bali tidak akan diambil secara sepihak.
Sandiaga berharap pihaknya mendapat masukan dari para pemangku kepentingan terkait soal gagasan tersebut.
Dalam diskusi virtual yang dihadiri Sandiaga, turut juga hadir Gubernur Bali I Wayan Koster dan Kepala Pusat Pengkajian Ekowisata Universitas Warmadewa Prof. Dr. Aron Meko Mbete.
Ada juga Mbok Niluh, Ketua Vox Point Indonesia Yohanes Handoko Budhisedjati, dan Ketua DPD Vox Point Indonesia Yoseph Gede Sutmasa.
Baca juga: Bertemu Pelaku Pariwisata di Bali, Menteri Sandiaga Ajak Pelaku Usaha Bangkitkan Pariwisata
Saat ini, pandemi Covid-19 sudah berlangsung hampir setahun di Indonesia.
Hal tersebut memberi dampak langsung terhadap sektor pariwisata Nusantara, khususnya di Bali.
Sebanyak lebih dari 80 persen masyarakat di sana yang menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut berduka.
Sebab, mereka kehilangan pendapatan akibat ditutupnya akses hingga langkanya wisatawan yang berkunjung ke Pulau Dewata. (*)