Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Tangkapan layar chat 'beli dulang' yang menyeret nama Ida Mas Dalem Segara menggemparkan media sosial.
Tangkapan layar chat WA tersebut pada intinya berisi ajakan kepada seseorang untuk diantar membeli dulang, kemudian mampir ke sebuah hotel untuk meramal.
Tak pelak, meme atau gambar dulang yang biasanya dipakai sebagai wadah gebogan oleh umat Hindu Bali ramai berseliweran di media sosial.
Lantas, bagaimana tanggapan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHD) terkait kasus chat 'beli dulang' yang meyeret Ida Mas Dalem Segara?
Baca juga: Viral Chat Beli Dulang, Ida Mas Dalem Segara Melapor ke Polda Bali
Tribun Bali mencoba mengonfirmasi ke PHDI Provinsi Bali untuk menanyakan sikap terkait kasus yang panas di media sosial ini.
Ketua PHDI Bali, I Gusti Ngurah Sudiana, menjawab diplomatis.
“Kemarin PHDI sudah mengirimkan utusan ke griya yang bersangkutan, namun belum ada pertemuan dengan utusan kami,” katanya Senin 8 Maret 2021.
Untuk itu, hari ini utusan PHDI Bali kembali akan mendatangi griya Ida Mas Dalem Segara yang berada di wilayah Badung tersebut.
PHDI Bali ingin mendapatkan keterangan langsung dari Ida Mas Dalem Segara ihwal polemik yang sedang terjadi saat ini.
“Harus ada pertemuan dulu, dan kami harus mendapatkan keterangan dahulu,” tegas guru besar IHDN ini.
Setelah mendapatkan keterangan dari utusannya, PHDI akan menggelar rapat.
Rapat akan dilakukan dengan jajaran PHDI Bali, guru nabe, dan pihak yang bersangkutan.
Rapat tersebut guna mencaritahu dan mencari solusi agar tidak semakin bias di tengah masyarakat.
“Utusan PHDI Bali memastikan dahulu, apakah benar hal tersebut atau tidak. Setelah itu rapat, dan baru kami bisa mengambil langkah yang tepat,” sebutnya.
Sudiana tidak bisa banyak berbicara, karena sendiri belum bisa memastikan duduk perkara dari kasus ini.
Namun, jika terbukti kasus yang viral tersebut benar, maka PHDI tindakan tegas tentu akan diambil.
“Semuanya harus sesuai dengan fakta agar tidak menyalahi aturan dalam saya memberi keterangan,” tegasnya.
Laporkan Akun Medsos
Seperti diberitakan sebelumnya, Ida Mas Dalem Segara telah melaporkan sejumlah akun media sosial yang dianggap telah mencemarkan nama baiknya ke Polda Bali.
"Pelaporan itu pun atas dasar dari umat tityang. Padahal tiyang tahu sebagai sulinggih tidak boleh ikut campur terkait dengan masalah tersebut, selebihnya sampai ke Polda," kata Ida Mas Dalem Segara di kediamannya Griya Mas Dalem Segara, Jalan Cangkupan, Desa Sading, Badung, Bali, Minggu 7 Maret 2021 siang.
Baca juga: Tak Mudah Menjadi Sulinggih, Begini Pandangan Ida Rsi yang Juga Pensiunan Dosen UNHI
Sulinggih muda yang aktif di media sosial ini berharap pihak kepolisian bisa menyelesaikan masalah tersebut. Termasuk mencari akun-akun yang sudah mencemarkan nama baiknya.
"Parisada sempat mengkonfirmasi masalah yang viral nika. Hanya saja titiyang ten uning napi-napi (tidak tahu apa-apa," jelasnya.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan, bahwa proses hukum telah berjalan. Sehingga dirinya menyerahkan semuanya pada pihak yang berwajib terutama Polda Bali.
"Sepenuhnya tiyang serahkan ke polda Bali terkait kasus niki," ujar sulinggih yang berusia 24 tahun ini.
Terlepas dari benar atau tidaknya chat yang beredar tersebut, Ida Mas Dalem Segara sangat menyayangkan hal tersebut.
"Semuanya tityang serahkan ke Polda Bali saja. Dalam laporan UU ITE dan Pencemaran nama baik," ujarnya saat ditemui di Griya Mas Dalem Segara yang berlokasi di Jalan Cangkupan, Desa Sading Badung pada Minggu 7 Maret 2021.
Baca juga: Sulinggih Muda, Berapa Sebenarnya Usia Ideal Menjadi Sulinggih?
Pihaknya tidak mau berkomentar banyak prihal chat yang viral tersebut.
Bahkan dirinya mengaku dan tidak kenal dengan semua yang telah menyebar semua itu.
"Masalahnya tityang tidak mengerti napi-napi. Soalnya saya baru melaksanakan upacara metatah gratis dan mewinten gratis, sekarang ada kasus ini," ucapnya.
Dirinya menjelaskan benar atau tidaknya masalah tersebut, semua adalah kehendak Tuhan.
Ida Mas Dalem Segara juga merasa difitnah atas kejadian tersebut.
"Tityang hidup hanya untuk umat, jika memang umat yang mengkehendaki silakan. Tityang akan berserah, masalahnya tityang tidak tahu apa-apa," jelasnya. (ask/gus)