Berita Gianyar

Jalan Rusak di Jembatan Laplapan Gianyar Telah Diperbaiki Dinas PUPR Gianyar

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lokasi terjatuhnya satu keluarga di Sungai Petanu, tepat di bawah Jembatan Laplapan Pejeng, Ubud, Gianyar, Bali. Jumat 19 Maret 2021 - Jalan Rusak di Jembatan Laplapan Gianyar Telah Diperbaiki Dinas PUPR Gianyar

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Gianyar telah memperbaiki jalan rusak di Jembatan Laplapan, Ubud, Gianyar, Bali, Sabtu 20 Maret 2021.

Perbaikan dilakukan dengan cara memperbaiki aspal jalan dan memperbaiki gorong-gorong.

Di mana hal tersebut merupakan pengamanan jalan jangka pendek.

Sementara pengamanan jalan jangka panjang, pihak PUPR Gianyar masih melakukan kajian.

Baca juga: Kisah Bocah 9 Tahun Selamat Saat Jatuh di Jembatan Sungai Petanu, Kevin Berpegangan Kayu di Jurang

Baca juga: UPDATE: Pencarian Korban Kecelakaan di Jembatan Laplapan Gianyar Nihil, Petugas Lanjut Esok Hari

Baca juga: Jadi Jembatan Maut di Ubud, Kadis PUPR: Saya Perintahkan Bidang Bina Marga Tinjau Jembatan Laplapan

Kepala Bidang Bina Marga Dinas PUPR Gianyar, Made Astawiguna, Minggu 20 Maret 2021 membenarkan pihaknya telah melakukan perbaikan aspal jalan di atas Jembatan ‘Maut’ Laplapan.

Namun demikian, pihaknya tetap meminta masyarakat harus berhati-hati saat melintas di jembatan tersebut.

Sebab secara umum, kontur jalan memang berbahaya.

"Langkah sementara yang bisa lakukan adalah melakukan perawatan jalan, memperbaiki jalan dan membersihkan saluran drainase, serta berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan Gianyar untuk penambahan lampu penerang jalan," ujarnya.

Informasi dihimpun, saluran drainase yang tersebumbat menyebabkan jembatan selalu tergenang air saat musim hujan.

Selain itu, tebing tanah yang terkikis air hujan menumpuk di atas jembatan sehingga jalanan menjadi licin.

Kondisi tersebut juga mengakibatkan aspal rusak.

"Konturnya memang berbahaya. Kami memperbaiki badan jalannya dulu dengan pengaspalan," ujarnya.

Saat ini pihaknya masih survei terkait apa yang dibutuhkan.

"Tapi kalau hasil survei kami harus memasang relling (pembatas jalan), nanti akan diajukan anggarannya. Anggarannya, untuk relling 20 meter sampai 30 meter itu sekitar Rp 100 juta. Yang dibutuhkan atau yang berbahaya itu sekitar 50 meter," ujarnya.

Dia mengungkapkan, ada usulan dari anggota DPRD Gianyar agar dilakukan pengangkatan jalan, supaya medannya tidak terjal.

Namun hal tersebut dibutuhkan kajian.

Selain itu, jika dilakukan pelebaran jalan, kata dia, pembebasan lahan sudah tidak memungkinkan.

"Beberapa tahun lalu kita sudah perbaiki kawasan berbahaya di sebelah timur. Memang kontur jalannya agak berbahaya. Untuk pembebasan lahan juga tidak memungkinkan lagi," ujarnya.

"Yang pasti bisa kami lakukan adalah pemasangan rambu, sedapat mungkin memberikan struktur keamanan," tandasnya.

Jadi Jembatan Maut di Ubud, Kadis PUPR: Saya Perintahkan Bidang Bina Marga Tinjau Jembatan Laplapan

Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Gianyar merespon keprihatinan masyarakat terhadap kondisi jembatan Banjar Laplapan, Desa Petulu, Ubud, yang kembali merenggut korban jiwa.

Kepala Dinas PUPR Gianyar mengaku telah menurunkan Bidang Bina Marga untuk melakukan kajian terkait jembatan 'maut' tersebut.

Jembatan Laplapan merupakan penghubung antara Banjar Laplapan dengan Kawasan wisata Ubud.

Jembatan yang di bawahnya terdapat aliran Sungai Petanu ini setiap harinya digunakan warga Kecamatan Tampaksiring untuk menuju Ubud dan sebaliknya.

Di tengah ramainya lalu lintas, bahaya selalu menghantui kawasan ini, terutama ketika musim hujan.

Sebab, di atas jembatan terdapat tebing-tebing tanah. Ketika hujan, tanah tebing terkikis lalu materialnya menumpuk di areal jembatan. 

Kondisi tersebut mengakibatkan jalan pada jembatan menjadi licin. Ditambah tumpukan tanah di atas jembatan tersebut juga digenangi air hujan.

Terlebih lagi, usai melewati jembatan, pengendara langsung dihadapkan dengan tanjakan terjal. 

Pembatas jembatan pun kondisinya sudah rapuh dan sebagian telah rusak.

Berdasarkan data dihimpun Tribun-Bali.com, Jumat 19 Maret 2021, kasus terbaru dialami oleh warga Banjar Teruna, Desa Siangan, Gianyar, Bali.

Tiga orang warga Banjar Teruna yang mengendarai motor tergelincir di Jembatan Laplapan dan jatuh ke Sungai Petanu, Ubud, Gianyar, Bali pada Kamis 18 Maret 2021 malam.

Seorang nenek, Ni Ketut Rindit, meninggal dalam peristiwa maut ini.

Sedang sang anak, Ni Komang Ayu Ardani, hingga Jumat 19 Maret 2021 sore belum ditemukan.

Adapun anak dari Komang Ayu Ardani, I Putu Kevin Ramansa, selamat dari peristiwa nahas ini.

Tiga tahun lalu, sekitar Juni 2017, dua pengendara juga jatuh ke bawah jembatan.

Satu korban meninggal dunia di tempat, karena terbentur bebatuan andesit yang terdapat di dasar jembatan.

Sementara korban satunya lagi selamat, karena tersangkut di pepohonan.

Sudah dari sejak lama warga setempat mengeluhkan kondisi jembatan yang memprihatinkan dan membahayakan ini.

Menurut tokoh masyarakat di Banjar Laplapan, I Ketut Karda, jembatan ini sudah tidak layak pakai. Alasannya, usianya tua karena dibuat tahun 1978.

Struktur dan material jembatan pun tidak melalui kajian. Dibuat secara gotong-royong oleh masyarakat.

Barometer pembuatannya hanya untuk pejalan kaki.

Sementara, saat ini setiap menit dilalui sepeda motor dan mobil.

Saat dikonfirmasi Tribun-Bali.com, Jumat 19 Maret 2021, Kepala Dinas PUPR Gianyar, Wayan Karya, mengaku sudah menerima sejumlah informasi terkait kondisi jembatan tersebut.

Saat ini pihaknya telah menurunkan Bagian Bina Marga untuk melakukan kajian untuk mengetahui penanganan apa yang harus dilakukan, serta mengkalkulasi biaya yang dibutuhkan.

"Sudah saya perintahkan Bidang Bina Marga untuk meninjau situasi di lapangan. Nanti hasilnya seperti apa, akan segera kita tindaklanjuti," janjinya. (*).

Kumpulan Artikel Gianyar

Berita Terkini