TRIBUN-BALI.COM - Kapal selam penyelamat milik Angkatan Laut Republik Singapura (RSN), MV Swift Rescue, telah diberangkatkan pada Rabu sore 21 April 2021 untuk ikut dalam misi mencari kapal selam KRI Nanggala 402 yang hilang di laut sekitar 96 Kilometer utara Bali.
Media Singapura straitstimes.com menyebutkan, diperkirakan MV Swift Rescue dengan kecepatan 12 Knot (1 knot = 1,852 Km/jam) itu akan tiba di lokasi pencarian pada hari Sabtu 24 April 2021 ini.
MV Swift Rescue dapat beroperasi di laut terus menerus hingga 28 hari.
Salah-satu keistimewaan kapal penyelamat MV Swift Rescue yang diluncurkan pada 2008 ini adalah dilengkapinya dengan kapal selam mini yang disebut Deep Search and Rescue Six (DSAR 6).
DSAR 6 mampu terjun ke kedalaman air, kemudian menempelkan dirinya ke kapal selam yang lumpuh (mengalami kecelakaan seperti KRI Nanggala 402, red), menyelamatkan para penumpangnya dan membawa mereka ke kapal MV Swift Rescue.
Di kapal MV Swift Rescue disiapkan para personel yang terlatih dalam pengobatan hiperbarik, yang dapat merawat para korban kapal selam yang kecelakaan.
Kapal MV Swift Rescue dilengkapi dengan ruang kompresi ulang (recompression chamber), yang membantu mencegah dan mengobati penyakit akibat dekompresi.
Juga ada bangsal untuk perawatan intensif (ICU) dengan delapan tempat tidur, serta ruang pasien biasa dengan kapasitas 10 tempat tidur.
Secara total, menurut straitstimes.com, MV Swift Rescue mampu menampung hingga 40 pasien.
Baca juga: Ini 4 Kecelakaan Fatal Kapal Selam di Dunia dalam 20 Tahun Terakhir, Paling Tragis Dialami Kursk
Baca juga: Kapal Selam KRI Nanggala 402 Dijuluki Monster Bawah Laut
Baca juga: Kapal Selam Yang Hilang Misterius, Ditemukan Setelah 77 Tahun
Berikut ini beberapa spesifikasi dan kemampuan yang dimiliki kapal selam mini DSAR 6, yang disarikan dari straitstimes.com dan sumber yang lain:
* Ukuran
Kapal selam mini DSAR 6 yang melengkapi MV Swift Rescue memiliki ukuran atau dimensi 9,6 meter x 3,2 meter x 2,8 meter.
* Bobot dan Jumlah Personel
Berat kapal selam mini ini sebesar 25 ton, dan bisa angkut 17 orang serta memiliki tiga kru.
* Kedalaman Perjalanan
DSAR 6 bisa menyelam hingga kedalaman 500 meter di bawah permukaan laut dan berjalan dengan kecepatan hingga 3 Knot.
Dalam satu waktu operasi, DSAR 6 bisa melakukan perjalanan hingga 15 jam.
* Proses Penyelamatan
1) Karena mampu terkoneksi ke kapal selam yang diselamatkan, bisa diilustrasikan bahwa DSAR 6 akan menempel di kapal selam yang kecelakaan. Yakni di bagian lubang kapal selam yang ditolong, yang jadi akses keluar-masuk para awak kapal selam.
2) Apabila lubang itu dibuka, maka proses selanjutnya orang-orang di dalam kapal selam yang kecelakaan bisa dibawa/dievakuasi ke DSAR 6, untuk selanjutnya dibawa ke kapal “induknya” yakni MV Swift Rescue.
3) Dalam wawancara dengan Kompas TV pada Sabtu sore 24 April 2021, mantan Kepala Badan Intelijen Strategi (BAIS) TNI, Laksamana Muda TNI (Purn) Soleman B. Ponto mengatakan bahwa kapal selam mini akan sulit melakukan pertolongan jika lubang kapal selam yang ditempelinya tidak dibuka dari dalam.
Artinya, pembukaan lubang itu dilakukan oleh awak kapal selam yang mengalami kecelakaan, bukan dari luar. Sebab, kata Soleman B, Ponto, lubang akses itu dikunci dari dalam, sehingga hanya bisa dibuka dari dalam pula.
Pertama Di Asia Tenggara
Kapal penyelamat MV Swift Rescue merupakan kapal penyelamat pertama di Asia Tenggara yang dilengkapi dengan kemampuan untuk penyelamatan dan evakuasi kapal selam, yakni DSAR 6 tersebut.
MV Swift Rescue juga dilengkapi landasan helikopter atau helipad untuk evakuasi darurat, serta medical centre (pusat medis).
Ukuran kapal itu 85 meter kali 18 meter dengan bobot 4.300 ton.
Ia mampu melakukan operasi selama 28 hari dalam satu kali jalan. MV Swift Rescue telah mengikuti berbagai kegiatan operasi penyelamatan, termasuk dalam latihan tempur multilateral yang diikuti oleh militer Singapura.
Dalam sebuah postingan di Facebook pada hari Kamis 22 April 2021 lalu, Menteri Pertahanan Ng Eng Hen mengatakan kapal itu dikirim ke Indonesia setelah kepala staf angkatan laut Singapura menerima permintaan bantuan dari mitranya dari Indonesia.
Ng Eng Hen menambahkan, tim medis juga ditambahkan ke rombongan kru reguler MV Swift Rescue untuk perawatan hiperbarik jika diperlukan.(*)
Terkait Kapal Selam