TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Seluruh warga di Bali khususnya Badung diminta tidak panik berlebihan terkait adanya dugaan warga di Badung terkena peradangan selaput otak karena memakan babi.
Pasalnya saat ini kasus diduga keracunan makanan tersebut sudah diatensi khusus oleh instansi terkait di Kabupaten Badung dan Provinsi Bali.
Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut Hary Suyasa mengakui sudah turun langsung menemui Dirut RSD Mangusada dan Kesehatan Hewan dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung untuk menanyakan kondisi pasien.
Setelahnya, ditindaklanjuti ke pihak desa yakni Desa Adat Samu, Desa Mekar Bhuwana, Abiansemal Badung untuk melakukan komunikasi.
Baca juga: Terkait Dugaan Warga Keracunan Daging Babi, Bupati Badung Perintahkan Keswan Turun ke Desa Adat Samu
"Kami sudah membentuk tim gabungan untuk mengetahui atau membedah penyakit yang diderita pasien. Khususnya yang beredar karena usai memakan olahan daging babi," bebernya.
Pihaknya mengatakan dari informasi yang digali desa tersebut, babi itu dibeli di salah satu wilayah di Kabupaten Bangli.
Babi yang dibeli sejumlah 8 ekor dan dibawa ke rumah potong hewan di wilayah Abiansemal.
"Babi itu sebenarnya dibeli pada 24 April 2021, atau sebelum Kuningan. Dari 8 ekor itu masih sisa 3 ekor sampai tanggal 3 Mei 2021."
"Pada saat itu, hanya satu ekor yang dipotong untuk di konsumsi masyarakat, satu dibagikan ke krama dan satunya lagi diberikan ke panitia yang ada di Bali," bebernya.
Baca juga: Diduga Memakan Daging Babi yang Terkena Virus, Sejumlah Warga di Badung Dilarikan ke RSD Mangusada
Dijelaskan jika pembagian bagi sudah ditemukan, dan jika babi tersebut streptococcus suis (terinfeksi bakteri S.Suis) maka pasti akan tertular ke semuanya.
Namun kenyataannya hanya beberapa orang saja yang sakit dengan mengalami panas tinggi.
"Logikanya dari 500 orang yang memakan daging babi. Namun beberapa yang sakit. Sehingga belum bisa dipastikan streptococcus suis, bahkan semuanya dalam penanganan," jelasnya sembari mengatakan kita minta masyarakat tidak panik.
Dirinya pun kembali akan melakukan pertemuan kepada masyarakat setempat, untuk menghilangkan kekhawatiran. Pasalnya masyarakat setempat merasa resah akan isu tersebut.
"Nanti kami akan kembali bertemu dengan masyarakat menyikapi hal itu. Bahkan semua itu sudah menjadi atensi kami bersama tim," terangnya.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah warga asal Desa Adat Samu, Desa Mekar Bhuwana, Abiansemal Badung, Bali, dikabarkan dilarikan ke Rumah Sakit Daerah (RSD) Mangusada pada Selasa 11 Mei 2021 lalu.
Baca juga: Jajaran Polres Badung Berhasil Amankan 9 Tersangka Penyalahgunaan Narkoba Dalam Waktu 12 Hari
Warga yang dilarikan ke rumah sakit itu pun disinyalir terkena radang selaput otak lantaran seusai memakan daging olahan babi.
Menurut informasi yang didapat ada empat orang yang dilarikan ke IGD RSD Mangusada, warga tersebut mengalami tensi tinggi dan sedikit kejang-kejang.
Diduga dari gejala tersebut warga terkena radang selaput otak.
Dirut RSD Mangusada, dr. I Ketut Japa, Rabu 12 Mei 2021, saat dikonfirmasi tak menampik hal tersebut.
Pihaknya mengakui telah menerima pasien yang gejalanya sama dengan radang selaput otak.
Semua pasien itu, berasal dari Desa Adat Samu, Desa Mekar Bhuwana, Abiansemal Badung.
Dijelaskan peradangan pada selaput otak disebabkan oleh virus dan bakteri yang masuk dalam tubuh pasien.
"Kami masih melakukan pemeriksaan lebih lanjut kepada pasien semuanya," ujarnya.
Disinggung mengenai meningitis atau karena memakan daging babi, pihaknya juga membenarkan, pasalnya babi yang terkena meningitis bisa mengakibatkan peradangan pada otak.
"Untuk memastikan itu harus dicek cairan otaknya juga. Namun dilihat dari gejala mengarah ke sana," ungkapnya.
Kendati demikian, besar dugaan mengarah ke hal tersebut, pasalnya kata dr. Japa warga sempat mengonsumsi lawar atau olahan babi pada kegiatan tersebut.
Umumnya pada kegiatan adat masyarakat membuat komoh dan lawar yang tak dimasak dengan sempurna.
"Pengakuan pasien si sempat memakan lawar itu. Jadi kemungkinan babinya ada virus atau bakteri. Namun pihak terkait kini masih mengumpulkan data di lapangan," akunya.
Untuk pasien, pihaknya mengaku akan tetap melakukan pemeriksaan dan pengawasan untuk mendapatkan hasil yang akurat.
"Apa penyebabnya akan kami cek dengan teliti. Semoga tidak terjadi apa-apa," harapnya. (*).
Berita lainnya di Berita Badung