Terdampak Pandemi Covid-19, Pengangguran di Denpasar Kembali Melonjak

Penulis: Putu Supartika
Editor: Eviera Paramita Sandi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi pengangguran

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Pandemi Covid-19 membuat pengangguran di Kota Denpasar melonjak drastis.

Tercatat tingkat pengangguran mencapai 7.6 persen.

“Data terakhir untuk tahun 2020 pengangguran naik menjadi 7.6 persen. Kenaikan ini terjadi 100 persen lebih,” kata Plt. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Sertifikasi Kompetensi Kota Denpasar I Made Widiyasa.

Ia menambahkan tahun sebelumnya, jumlah pengangguran hanya berkisar pada angka 2 persen hingga 2.5 persen saja.

Meningkatnya jumlah pengangguran ini karena adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) serta dirumahkannya beberapa karyawan.

Tercatat sebanyak sebanyak 1.728 karyawan di Denpasar mengalami PHK.

Baca juga: Angka Pengangguran di Tabanan Naik Hampir 3 Persen, Pekerja Sektor Pariwisata Paling Dominan

Sementara itu, sebanyak 12.969 orang dirumahkan.

Sedangkan secara umum perusahaan yang terdampak mencapai 406 perusahaan.

Sementara itu, untuk kondisi ketenagakerjaan per Juni 2021, tercatat sebanyak 257 orang pencari kerja terdaftar.

“Pencari kerja yang ditempatkan sebanyak 134 orang,” katanya.

Untuk kepemilikan kartu BPJS Kesehatan sebanyak 257.895 orang.

Dan kepemilikan BPJS Ketenagakerjaan sebanyak 270.030 orang.

Terkait hal tersebut, pihaknya juga telah membantu memfasilitasi bantuan kepada para pekerja yang di-PHK dan dirumahkan melalui BLT Kota maupun BST provinsi.

Juga ada kartu prakerja dengan jumlah penerima sebanyak 29.533 orang. 

Banyak Hotel di Badung Pailit hingga Asetnya Dijual

Pasalnya sudah satu tahun tiga bulan pandemi Covid-19 belum juga mereda.

Kondisi perekonomian di kabupaten Badung pun makin parah, terutama dalam bidang pariwisata.

Puluhan hotel hotel kabarnya pailit dan sudah berpindah tangan.

Hal ini disebabkan oleh pendapatan selama pandemi tidak berbanding lurus dengan biaya operasional yang diperlukan.

Bahkan aset-aset hotel juga dikabarkan banyak yang dijual.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung, I Gusti Agung Rai Suryawijaya saat dikonfirmasi Minggu 27 Juni 2021 tak menampik hal tersebut.

Dirinya mengatakan kini banyak aset hotel dan restoran di Badung yang dijual disebabkan oleh dampak dari pandemi Covid-19.

"Selain itu tingginya biaya operasional yang diperlukan juga menyebabkan puluhan hotel terpaksa dijual. Bahkan ada juga beberapa hotel yang dijual," katanya

Suryawijaya mengatakan sampai saat ini hotel dan restoran yang sudah dijual dan pailit ada sekitar 50.

Dirinya mengatakan Pandemi ini sangat berdampak, karena setahun tiga bulan pemilik hotel betul-betul tanpa penghasilan.

"Jadi biaya operasional hotel dalam sebulan tidak berbanding lurus dengan pendapatan," imbuhnya.

Dirinya menyebutkan, untuk hotel bintang tiga dengan 100 kamar dalam kondisi buka diperlukan biaya operasional mencapai Rp 300 juta sampai Rp 400 juta.

Sedangkan dalam keadaan tutup diperlukan biaya minimal Rp 50 juta sampai Rp100 juta per bulannya.

"Kalau dilihat dari tingkat hunian yang saat ini hanya 10 persen dari jumlah kamar yang tersedia di Bali melebihi 146 ribu," katanya

Dirinya mencontohkan kalau nantinya hunian hotel sebanyak 7.000 sampai 9.000 wisatawan itu jumlahnya masih sangat sedikit.

Bahkan semua itu pun tentunya tidak sebanding.

Lebih lanjut dirinya mengatakan, penjualan hotel ini tentunya juga tidak dapat memberikan keuntungan bagi pemilik maupun karyawan.

Pasalnya hotel yang dijual sudah pasti dengan harga yang lebih rendah dari harga normal sebelum pandemi.

"Di kondisi normal harga hotel dapat mencapai Rp 100 miliar, kalau sekarang harganya turun sampai 20 persen. Anggaplah mampu menjual Rp 75 miliar sampai Rp 85 miliar," bebernya.

Untuk meminimalisir penjualan hotel atau terjadinya hotel yang bangkrut, menurut Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Badung ini, diperlukan beberapa upaya agar kunjungan wisatawan meningkat.

Terlebih agar hotel mampu break event point atau tidak untung dan tidak rugi diperlukan minimal 40 persen tingkat hunian. 

"Ada tiga langkah strategis, yakni vaksinasi minimal 70 persen, open border dan stimulus dari pemerintah pusat. Iya semoga cepat pulih pariwisata di Bali," pungkasnya. (*)

Berita Terkini