Laporan Wartawan Tribun Bali, Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Banyak beredar info dan mitos, mengenai bunga gumitir yang tidak boleh dipakai sembahyang.
"Di Bali memang ada beberapa mitos tentang bunga, pisang saba, dan sebagainya," jelas Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti kepada Tribun Bali, Rabu 21 Juli 2021.
Salah satu mitos tentang bunga gumitir, dikatakan tidak bisa dipakai muspa selama ini.
"Hal ini dimitoskan, karena katanya saat Dewi Durga dalam keadaan kotor kain (menstruasi), maka kainnya yang berdarah di jemur di atas tanaman pohon bunga gumitir. Sehingga dikatakan bunga gumitir tidak bisa dipakai muspa," jelas beliau.
• Fakta-fakta Mengenai Daun Kelor, Khasiatnya dari Akar sampai Bunga
Beliau menjelaskan, bahwa sesuai dengan ajaran agama Hindu, yang menyebutkan bahwa bunga yang bisa dipersembahkan atau dipakai muspa memiliki beberapa kriteria.
Bunga yang berbau harum, bunga yang tidak layu, bunga yang didapat dari memetik, dan bukan bunga yang sudah jatuh karena sudah tua atau layu. Bunga yang bukan dari kuburan.
Bunga yang tidak berisi semut, bunga yang berisi ulat (bunga uleran).
"Kalau kita perhatikan maka bunga Gumitir sering berisi ulat yang cukup besar. Sehingga ketika kita mengambil bunga Gumitir, tiba-tiba ada ulatnya nongol, membuat orang terkejut, apalagi yang mengambil adalah ibu-ibu yang punya penyakit latah, maka ia akan berteriak dengan kata-kata jorok dan hujatan-hujatan," jelasnya.
• Sembahyang Hari Raya Waisak di Wihara Giri Manggala Buleleng, Umat Kenakan Pakaian Adat Bali
Sehingga menyebabkan bunga akan terkena vibrasi yang tidak baik atau cuntaka. Itulah sebabnya bunga Gumitir jarang digunakan.
"Tetapi apabila bunga Gumitir itu tidak berulat atau tidak berisi semut, bunga itu boleh dipakai. Di India justru bunga Gumitir yang selalu dipergunakan dalam upacara keagamaan, karena mitos tentang bunga Gumitir disana tidak ada," sebutnya. (*)
Ikuti berita menarik lainnya di Tribun Bali