TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Wilayah Bali Utara, khususnya Kabupaten Buleleng tercatat siaga kekeringan oleh Stasiun Klimatologi Jembrana.
Selain Buleleng, Kabupaten Karangasem juga menjadi titik dari 33 wilayah di Indonesia yang terancam kekeringan.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Klimatologi Jembrana, Agit Setyoko memaparkan, ada tiga kecamatan di Buleleng yang terpantau sudah lebih dari satu bulan tidak turun hujan hasil pantuan setiap 10 hari sekali.
Sedangkan di Kabupaten Karangasem terdapat di satu kecamatan yakni Kecamatan Kubu.
BACA JUGA: Peletakan Batu Pertama Pembangunan Museum Arak di Karangasem Telah Digelar
"Memang setiap 10 hari sekali kita tampilkan peta hari tanpa hujan (HTH). Wilayah Bali kita pantau di Bali Utara, daerah Buleleng kecamatan Tejakula, kecamatan Seririt dan kecamatan Buleleng. Dan di Karangasem di Kecamatan Kubu, terpantau sudah lebih dari satu bulan tidak turun hujan menjadi peringatan dini kekeringan," kata Agit saat dikonfirmasi Tribun Bali, Senin 30 Agustus 2021.
Berbeda dengan daerah lain di Bali hingga update 20 Agustus 2021 masih terdapat titik-titik yang mengalami hujan karena musim kemarau saat ini relatif kemarau basah.
"Jadi memang musim kemarau saat ini tidak begitu banyak hujan turun, namun cuaca relatif basah, daerah lain masih terdapat hujan tapi Bali Utara tidak terdapat," ujar dia.
Pihaknya menyampaikan, bahwa Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan rekomendasi melalui media sosial dan informasi langsung ke pemerintah daerah melalui dinas terkait untuk mitigasi dampak kekeringan.
BACA JUGA: Warga dan Penumpang di Terminal Gilimanuk Dibuat Heboh Oleh Seekor Rusa Liar yang Berlarian
"Agar pihak terkait antisipasi ketersediaan air bersih saat musim kemarau ini karena perkiraan musim hujan masih sekitar 2 hingga 3 bulan lagi datangnya khusus Bali bagian utara," ujar Agit.
Hanya saja, dampak kekeringan di Bali Utara tidak begitu signifikan mempengaruhi hasil produksi pertanian khususnya padi yang mayoritas tumbuh di Bali bagian tengah.
"Kita sampaikan ke masyarakat melalui medsos, ke dinas terkait untuk antisipasi dampak kekeringan, namun di Bali Utara bukan lahan pertanian produktif, masih aman, lain halnya sentra produksi padi di Gianyar, Badung bisa menimbulkan dampak signifikan, terutama sawah tadah hujan. Bali bagian utara bukan daerah pertanian dalam hal ini padi, namun tentu saja harus antisipasi ketersediaan air bersih," jelas dia.
Stasiun Klimatologi Jembrana memprakirakan musim penghujan di wilayah Buleleng baru akan tiba pada bulan November mendatang.
Ia menjelaskan hal itu disebabkan faktor topografis wilayah Buleleng.
"Untuk prakiraan datangnya musim hujan. Buleleng bagian timur bulan November , Buleleng bagian barat awal Desember. Kalau daerah Buleleng, Bali bagian utara, topografis letaknya di utara di balik pegunungan Bali bagian tengah, jadi rata-rata curah hujan mundur," pungkasnya. (*)