Berita Bali

Ingin Wujudkan Kemandirian Pangan, Gubernur Bali Ajak Semua Pihak Setop Impor Beras dan Garam

Penulis: Ragil Armando
Editor: Wema Satya Dinata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gubernur Koster saat kunjungan kerja ke sentra produksi garam Amed, Desa Purwakerthi, Kabupaten Karangasem pada Minggu 17 Oktober 2021 pagi.

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Gubernur Bali, Wayan Koster mengajak semua pihak untuk menyetop melakukan impor bahan pangan khususnya beras dan garam.

Ia beralasan bahwa Bali sendiri sedang mengalami surplus beras dan garam.

“Sehingga Kita jangan sampai melakukan impor beras hingga impor garam. Padahal di Bali Kita surplus beras dan surplus garam,” tegas Gubernur Bali, Wayan Koster dalam pidatonya di acara Peringatan Hari Pangan Se-Dunia Tingkat Daerah Provinsi Bali Ke-41 Tahun 2021 pada, Rabu 3 November 2021 di Balai Subak Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung.

Ia juga menegaskan maka diperlukan implementasi nyata dan dikerjakan dengan serius untuk membangun pertanian organik dari hulu sampai hilir sesuai dengan Perda Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2019 tentang Sistem Pertanian Organik, yang sejalan dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru.

Baca juga: Sambut Event Internasional di Bali, Gubernur Koster Minta Masyarakat Waspada Penyebaran Covid-19

Berdasarkan hal tersebut, ia menyebut bahwa pihaknya memilliki beberapa program prioritas di bidang pangan yakni dengan mewujudkan kemandirian pangan Bali.

“Soal pangan menjadi perhatian serius Kita, maka arah kebijakan Kita bagaimana Bali ini mampu memenuhi kebutuhan pangan yang Kita konsumsi untuk kehidupan Kita sehari-hari.

Oleh karena itu, kita juga fokus menjalankan pembangunan ekonomi sambil terus menjalankan agenda sedang berjalan,” paparnya.

Koster menjelaskan bahwa selama ini paradigma perekonomian Bali masih menggantungkan diri dari sektor pariwisata.

“Selama ini Kita terlalu tergantung pada sektor pariwisata saja. Kita juga sangat berpengalaman, bahwa pariwisata ini sangat tergantung dari faktor luar dan sesuatu yang tidak bisa Kita kontrol, dan determinannya ditentukan pihak luar, kemudian sangat sensitif terhadap persoalan-persoalan keamanan, kebencanaan alam maupun non alam,” paparnya.

“Termasuk pandemi Covid-19 yang mengakibatkan pariwisata berhenti total. Sehingga ekonomi Kita mengalami pertumbuhan negatif atau kontraksi 9,31 % di tahun 2020.

Jadi pandemi telah memberikan pelajaran kepada Kita semua.

 Kita harus kembali pada potensi alam, manusia, dan kebudayaan Bali yang memiliki keunggulan, keunikan, serta kekayaan alam yang sangat kuat dengan tradisinya,” jelas Gubernur Bali jebolan ITB ini.

Oleh karena itu, di dalam Ekonomi Kerthi Bali yang menjadi prioritas pertama sebagai fundamental keunggulan perekonomian Bali yang pertama adalah: 1). Sektor Pertanian dalam arti luas termasuk Peternakan dan Perkebunan; 2). Sektor Kelautan/Perikanan; 3). Sektor Industri; 4). Sektor Industri Kecil Menengah (IKM), Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Koperasi; 5). Sektor Ekonomi Kreatif dan Digital; dan 6). Sektor Pariwisata.

“Jadi Kita merubah mindset lebih dulu, supaya ini menjadi visi dan gerakan Kita bersama untuk memperkuat struktur dan fundamental perekonomian Bali,” tambah Gubernur Koster.

Baca juga: Bisa Dijadikan Contoh, Gubernur Koster Apresiasi TOSS Center

Sehingga dalam konteks inilah, pangan menjadi suatu agenda yang penting dan Kita mesti mengarah kepada kedaulatan pangan.

Halaman
12

Berita Terkini