TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - ST Tunas Muda Sidakarya Denpasar Buat Ogoh-ogoh dari Arang hingga Masker, Bertajuk Grubug Covid-19.
Sekaa Teruna Tunas Muda, Banjar Mertajati, Sidakarya, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali, selalu menarik perhatian.
Bahkan beberapa kali ogoh-ogoh ini selalu mendapat nilai tertinggi dalam lomba ogoh-ogoh di Denpasar.
Ogoh-ogoh yang dibuat selalu memiliki filosofi yang dalam serta memanfaatkan bahan-bahan alami.
Pada tahun 2022, ST Tunas Muda membuat ogoh-ogoh bertajuk Grubug yang mengangkat situasi Covid-19 saat ini.
Dimana lewat ogoh-ogoh ini, ST Tunas Muda ingin menunjukkan rantai Covid-19 yang meluluhlantakkan segala sendi kehidupan.
Ketua ST Tunas Muda I Putu Ade Widiantara mengatakan, ogoh-ogoh ini menampilkan sosok perempuan yang menggambarkan sumber kehidupan.
Perempuan ini memiliki enam tangan dan memegang beberapa perkakas yang mewakili sektor kehidupan.
Ada genta simbol keagamaan, suntikan simbol kesehatan, cangkul untuk pertanian peternakan, pancing perikanan, hingga lontar simbol pendidikan.
“Semunya itu terbelenggu oleh rantai virus korona. Kami simbolkan dengan rantai yang membelit tubuh perempuan ini,” kata Ade, Minggu 20 Februari 2022.
Untuk bahan yang digunakan dalam pembuatan ogoh-ogoh ini pun sesuai dengan simbolisasi yang dihadirkan lewat ogoh-ogoh ini. Dimana semua warna menggunakan dominan gelap.
“Kami gunakan arang, sekam, batok kelapa, ijuk, ranting pohon, dan kambennya kami buat khusus dari masker. Pewarnaannya menggunakan arang sebagai simbolisasi luluhlantahnya seluruh sektor kehidupan,” katanya.
Selain simbol luluhlantahnya kehidupan, penggunaan arang ini juga memberikan semangat bahwa meskipun sudah berupa arang tetapi masih ada fungsinya.
“Semoga dengan kejadian ini, ada hikmah yang bisa dipetik untuk pemantik semangat kehidupan,” katanya.
Sementara itu, kemben menggunakan masker ini mengandung makna saat ini semua masyarakat diwajibkan menggunakan masker sebagai salah satu bagian dari protokol kesehatan.
Dibalik kegunaan masker tersebut, ternyata hal ini menimbulkan masalah baru, yakni limbah masker.
“Sehingga kami juga ingin mengajak semua pihak untuk bisa memanfaatkan masker bekas sebagai sesuatu yang berguna sehingga tidak menjadi limbah dan menimbulkan masalah baru,” katanya.
Untuk pembuatan ogoh-ogoh ini, dari khas ST Tunas Muda hanya keluar sebesar Rp 3 juta, selebihnya pihaknya melakukan penggalian dana.
Ade menuturkan, ogoh-ogoh dari ST Tunas Muda ini selalu ikut lomba sejak tahun 2010 dan selalu masuk nominasi dan juara.
Hanya saja tahun 2017 dan tahun 2018 ST Tunas Muda tak bisa ikut lomba karena sudah beberapa kali mendapat juara.
Setelahnya, tahun 2019 dan 2020 ogoh-ogoh karya ST Tunas Muda ini selalu juara.
“Sebenarnya masalah juara kami serahkan ke masyarakat dan juri. Komitmen kami yakni mempersembahkan yang terbaik, dan yang terpenting juara di hati,” katanya.
Selain itu, pihaknya juga membuat lomba tapel dan sketsa ogoh-ogoh yang digelar pada tanggal 25, 26, 27 Februari 2022 ini.
(*)