TRIBUN-BALI.COM – Kemenangan comeback Persib Bandung atas Arema FC lewat skor akhir 2-1 di pekan ke-30 kompetisi Liga 1 2021/2022 menyajikan analisis menarik dari kalangan pengamat sepak bola.
Adalah Sutiono Lamso membeberkan beberapa fakta menarik soal kemenangan Persib Bandung yang harus susah payah untuk mengalahkan Arema FC di Stadion Ngurah Rai, Denpasar, pada Rabu 9 Maret 2022 malam.
Menurutnya Persib Bandung sebetulnya menguasai jalannya pertandingan sejak menit awal babak pertama atas rivalnya, Arema FC.
Dilihat dari starting XI pemain kedua tim, kata Sutiono Lamso, Maung Bandung sebetulnya lebih bagus dibandingkan Singo Edan.
Baca juga: Comeback atas PSG, Real Madrid Susul City, Liverpool dan Muenchen ke Perempat Final Liga Champions
Baca juga: Liga Champions:Real Madrid Pecundangi PSG, Striker Karim Benzema Borong 3 Gol ke Gawang Donnarumma
Akan tetapi kendati sudah berulang kali melakukan beragam serangan, akan tetapi skuat Robert Alberts tak kunjung sukses mencetak gol.
Sebagaimana yang tersaji di babak pertama.
Mengawali kick off di babak kedua Persib Bandung sedikit bermain lebih berhati-hati untuk mengantisipasi kebobolan dari Arema FC. Akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya.
"Persib malah kecolongan," kata Sutiono Lamso dinukil Tribun Bali dari laman Tribun Jabar.
Namun beruntung, Persib Bandung yang menurunkan Bruno Cantanhede sebagai pemain pengganti David da Silva mampu menjadi solusi kebuntuan Persib sekaligus kartu truf Maung Bandung.
Bruno Cantanhede menemukan momen dan ritmenya.
"Bola heading umpan pemain tengah bisa dia manfaatkan dengan baik," bebernya.
Baca juga: Detik-detik Penyelamatan Gemilang Teja Paku Alam Antar Persib 3 Poin, 2 Pemain Arema FC Beri Pelukan
Baca juga: 4 Fakta Kemenangan Persib Bandung atas Arema FC: Save Ciamik Teja & Bruno Cantanhede Tajam di Udara
Gol Bruno Cantanhede semalam, sebut Sutiono, kembali membuktikan bahwa memainkan dua striker sekaligus bukan strategi yang bagus bagi Persib Bandung.
"Persib tak bisa memainkan dua striker sekaligus. Dua striker yang disatukan tidak akan bisa melakukan kerja sama yang bagus dan ini kembali terbukti," ujarnya.
Ketika ada dua striker yang bermain, kata Sutiono Lamso, gelandang juga praktis jadi memiliki dua target yang harus ia beri umpan. Ini membuat mereka sulit untuk maksimal.
"Kalau satu, misalnya, David da Silva saja, dia bisa bikin gol. Begitu juga dengan Bruno. Dia juga bisa menunjukkan bisa bikin gol," ujarnya.