Negative Thinking Vs Positive Thinking, Waspadai Respons 7 Detik Pertama

Editor: Kander Turnip
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Welman Purba, Founder Synergis Training Consulting

Negative Thinking Vs Positive Thinking, Waspadai Respons 7 Detik Pertama

Oleh: Welman Purba, SE

(Founder Synergis Training Consulting)

PAK Joko mengendarai sepeda motor di jalan dengan kecepatan sedang.

Tiba-tiba pengendara sepeda motor lain menyalip dari belakang dengan kecepatan tinggi, sehingga Pak Joko kaget.

Dia sempat kehilangan keseimbangan dan sepeda motornya oleng. Untungnya Pak Joko berhasil menguasai kendaraannya sehingga tidak terjadi kecelakaan.

Seketika itu juga, Pak Joko merasa emosi dan mengejar pengendara motor yang menyalipnya tersebut.

Setibanya di lampu setopan, Pak Joko berhasil mendekati pengendara tadi.

Dia turun dari motor dan langsung menghajar pengendara motor tersebut. Tak dinyana, pengendara tadi ternyata seorang pemuda berbadan kekar.

Setelah mendapat serangan dari Pak Joko, dia berbalik menghajar Pak Joko. Dari gerak-geriknya, pemuda tersebut ternyata jago karate.

Akibat dihajar pemuda itu, Pak Joko pun babak belur. Matanya bengkak dan mengakibatkan kecacatan.

Baca juga: Punya Kekuatan Bertahan Hidup, 4 Zodiak Ini Dikenal Selalu Positive Thinking dan Penuh Optimisme

Dari cerita singkat ini, kita melihat bahwa emosi negatif timbul dari sebuah pemikiran negatif, dan menyebabkan kerugian.

Seandainya Pak Joko berpikir positif terhadap orang yang ngebut menyalipnya tadi, kira-kira pikiran positif apa yang mungkin muncul?

“Oh, mungkin orang ini ngebut karena buru-buru mau ke rumah sakit karena anaknya sakit, misalnya. Atau mungkin dia buru-buru karena mau mengejar waktu interview yang sudah mepet. Atau mungkin dia ingin mengejar waktu ke stasiun kereta.“

Kita mesti hati-hati untuk tujuh detik pertama saat kita merespons sesuatu, karena itu akan menentukan reaksi kita selanjutnya.

Kalau pada tujuh detik pertama kita merespons negatif, maka kita akan berpikir negatif. Demikian pula sebaliknya.

Kebiasaan men-switch pikiran ini perlu dilatih. Bagaimana kita mengubah pikiran negatif menjadi positif dalam waktu singkat.

Tidak semua hal negatif yang kita lihat, seluruhnya adalah negatif. Di balik hal tersebut pasti ada sesuatu yang positif.

Contohnya, apa sisi positif dari tindakan seorang ibu yang mencuri susu bayi di minimarket? Jika susu tersebut untuk bayinya, tentu ibu ini adalah orang yang sayang dan bertanggungjawab pada anaknya.

Apa sisi positif dari seorang mafia besar? Ia kemungkinan punya manajemen yang bagus dan bisa menghidupi banyak bawahannya.

Apa sisi positif dari orang yang membenci kita? Ia menyadarkan kita untuk selalu mengoreksi diri.

Bahkan kalau kita perluas untuk hal-hal yang lain, misalnya, apa sisi positif kalau tubuh kita pendek, kulit kita hitam, hidung pesek? badan gemuk? Coba kita pikirkan, apakah ada sisi positifnya?

Pasti ada dong, yakni agar kita tidak selalu berfokus pada kekurangan kita.

Baca juga: Guru Mangku Hipno : Hati-hati dengan Pikiran dan Mindset

Kita harus berhati-hati terhadap pikiran kita, karena pikiran bisa menciptakan skenario sendiri.

Dan akhirnya kita terbawa pada skenario yang dibuat oleh pikiran. Pikiran negatif dan positif akan membuat skenario masing-masing.

Contohnya, kita mencoba mengirim pesan ke seseorang melalui pesan WhatsApp (WA), tetapi tidak dibalas.

Lalu tanpa sengaja kita melihat orang tersebut di jalan. Kita berusaha memanggilnya, namun orang tersebut tidak menoleh.

Dan kita kemudian berpikiran negatif. Bisa ditebak apa yang akan terjadi kemudian. Pikiran negatif akan memanjangkan skenario yang bermacam-macam.

Jika kita menaruh pikiran positif terhadap orang tersebut, jawaban yang muncul bisa saja saat kita mengirimkan WA, mungkin nomornya sudah berganti. Atau mungkin dia sedang ada masalah.

Saat kita memanggilnya di jalan, mungkin saja dia tidak mendengar sama sekali.

Kemampuan kita melihat sesuatu dari sisi positif, itulah yang menciptakan pikiran positif, sehingga akan menciptakan emosi dan reaksi yang positif.

MENGUBAH BENCI JADI EMPATI

Ketika seseorang membenci kita dan ia menceritakan hal-hal yang tidak baik tentang kita pada semua orang, apa reaksi yang muncul pada kita?

Apakah dengan kita berbalik membencinya dan kemudian membalas membicarakan kejelekannya kepada banyak orang adalah cara yang tepat untuk membalasnya?

Justru cara ini akan menciptakan konflik yang berkepanjangan. Kebencian tiada akhir.

Kita pasti akan menghindari berada di satu kelompok dengannya. Jika orang itu hadir, kita tidak ingin hadir bersamanya. Di saat orang itu datang, kita menghindar atau pergi. Begitu seterusnya.

Sekali lagi. Reaksi yang muncul tergantung dari cara kita melihat sesuatu. Apakah kita melihat dari sisi negatif atau positif.

Walaupun memang tidak mudah untuk selalu berpikir positif, tapi itu adalah cara terbaik yang harus kita lakukan dalam menghadapi masalah apa pun.

Kalau begitu, bagaimana mengubah BENCI menjadi EMPATI?

Tentunya dengan cara BERPIKIR POSITIF. Taruh dalam pikiran bahwa orang yang membenci kita tersebut bukan orang yang jahat, tetapi dia adalah orang yang perlu dikasihani, karena dia penuh dengan kebencian.

Banyak orang yang telah sakit hati padanya. Hidupnya tidak tenang dan tidak bahagia.

Ia sibuk mengurusi orang lain, sehingga tidak ada waktu untuk introspeksi diri sendiri.

Pemikiran empati inilah yang membuat kita tidak jadi membencinya. Kita menjadi kasihan dan ingin membantunya.

Sebuah ungkapan mengatakan, cara terbaik menghukum orang yang telah menyakiti kita adalah berbuat baik kepadanya.

Dengan pemikiran dan sikap seperti ini, menjadikan kita tidak pernah membalas orang-orang yang menyakiti kita. Bahkan kita sanggup mendoakannya karena empati yang telah kita bangun dalam hati.

Ketika pikiran positif selalu kita tempatkan pertama kali dalam melihat setiap hal dan masalah, inilah yang menjadikan kita penuh dengan kebahagiaan, kedamaian, karena kita tahu apa yang terbaik buat kita.

Orang-orang yang berpikir positif juga adalah orang-orang yang berpikir panjang.

Mereka selalu mengambil waktu sebelum bertindak.

Memikirkan risiko, apakah tindakan itu bermanfaat atau tidak. Mereka melihat sesuatu dengan rangkaian yang saling berhubungan. Sehingga mereka tahu bersikap dan bertindak.

Hal inilah yang membuat orang yang positif menjadi orang yang juga bijaksana.

Yuk, mari kita BERLATIH melihat peristiwa, mendengar sesuatu apa pun, lebih dulu dari sudut pandang POSITIF dan jauhkanlah PIKIRAN NEGATIF, karena pikiran negatif hanya akan memberikan kerugian bagi kita.

Itu akan menciptakan konflik, iri, dengki, kebencian, dan kegelisahan. Sebaliknya, pikiran positif akan membawa kebahagiaan, kedamaian, ketenangan, hubungan yang baik dengan orang lain, dan semangat dalam melakukan sesuatu. (*)

Berita Terkini