Human Interest Story

Perempuan Perkasa Pasar Badung, Wayan Sikiani, Jadi Tukang Suun Sejak SD Demi Dapur Tetap Mengepul

Penulis: Putu Supartika
Editor: Noviana Windri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tukang suwun di Pasar Badung, Denpasar

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Di hari Kartini yang dirayakan pada 21 April 2022 esok, merupakan hari yang istimewa untuk para perempuan.

Semua perempuan berharap bisa meneladani sosok Kartini yang berjuang untuk bangsa dan kaum perempuan.

Tukang suun di Pasar Badung pun memiliki harapan, setidaknya bisa membuat asap dapur tetap mengepul dan mengobati perut yang lapar.

Wayan Sikiani adalah salah seorang perempuan yang menggantungkan hidupnya dari menjadi tukang suun di Pasar Badung.

Sejak kelas 3 SD hingga kini sudah berusia 50 tahun, pekerjaan itu masih digelutinya.

Baca juga: KISAH Wayan Sikiani, Wanita Paruh Baya yang Berprofesi Sebagai Tukang Suun di Pasar Badung Denpasar

Baca juga: Tukang Suun di Bangli dan Anaknya Sembuh, Kini Suami dan Dua Kerabatnya Terpapar Covid-19

Baca juga: Anak Tukang Suun di Pasar Kidul Bangli Dinyatakan Positif Covid-19

“Dulu pulang sekolah atau hari libur, pasti sudah ke pasar maburuh nyuun,” kata perempuan yang hanya tamat SD ini.

Setamat SD, ia pun tak mencari pekerjaan lain dan meneguhkan hati menjadi tukang suwun.

Sikiani akan berangkat dari rumahnya pukul 09.00 hingga pukul 17.00 Wita.

Setiap orang yang berbelanja selalu ia tanyai, “ngalih tukang suun Bu? (butuh tukang angkut Bu?).”

Penghasilan perempuan asli Peguyangan Denpasar ini pun tak tentu.

Wayan Sikiani, Seorang Wanita Paruh Baya yang Berprofesi Sebagai Tukang Suun di Pasar Badung, Denpasar (Tribun Bali)

Jika ramai kadang ia bisa mendapat Rp 50 ribu sejak pagi.

Namun saat sepi, dirinya kadang hanya dapat Rp 25 ribu.

“Kalau hari raya mungkin bisa lebih banyak lagi, tapi itu kan tidak setiap hari, apalagi di sini ada banyak tukang suun, ada puluhan,” katanya.

Dirinya pun mengaku harus pintar-pintar merayu pembeli agar mau menggunakan jasanya.

Sekali menjadi buruh suun biasanya ia mendapatkan Rp 10 ribu.

Kadang ada pengguna jasanya yang berbaik hati dan memberikannya uang lebih.

Baca juga: Dua PMI Positif Covid-19 di Bangli Sembuh, Tukang Suun Sempat Dipulangkan ke Rumahnya

Baca juga: Tukang Suun di Pasar Kidul Positif Covid-19, Kasus di Bangli Kini Capai 18 Orang

“Sekarang ini sudah mulai adalah pelanggan. Dari pagi sampai siang ini dapat Rp 20 ribu. Kalau sewaktu korona, benar-benar sepi,” kata ibu dua anak ini.

Ia menambahkan, saat ini suaminya yang awalnya menjadi tukang bangunan tak bekerja lagi.

Hal ini dikarenakan tak ada proyek lagi, dan kini hanya bekerja ke sawah.

Syukurlah dua anaknya sudah mendapat pekerjaan dengan penghasilan cukup.

“Anak pertama jadi satpam, kalau anak kedua di RSUP Sanglah jadi yang bawa-bawa nasi,” kata perempuan yang memiliki tiga cucu ini.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Ketut Weriati (53).

Sejak SD dirinya juga sudah menjadi tukang suun di Pasar Badung.

“Ya, syukuri saja, agar ada uang untuk makan,” katanya.

Baik Sikiani maupun Weriati sama-sama berharap agar kehidupan anak dan cucunya lebih baik daripada dirinya. (*)

Berita Terkini