Human Interest Story
KISAH Wayan Sikiani, Wanita Paruh Baya yang Berprofesi Sebagai Tukang Suun di Pasar Badung Denpasar
Tukang suun adalah salah satu profesi yang cukup terkenal dikalangan masyarakat Bali.
Penulis: Uploader | Editor: Noviana Windri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Tukang suun adalah salah satu profesi yang cukup terkenal di kalangan masyarakat Bali.
Mereka bisa ditemui di pasar-pasar tradisional seperti pasar Badung, Kumbasari, Kreneng, Ketapean dan pasar besar lainnya.
Tukang suun biasanya menawarkan jasa untuk membawakan barang belanjaan ketika pembeli berbelanja di pasar.
Barang-barang belanjaan tersebut kemudian ditaruh dikeranjang yang mereka bawa di atas kepala sambil mengikuti kemanapun pembeli yang menyewanya berbelanja.
Mereka juga akan mengikuti pelanggan sampai selesai berbelanja, mengelilingi pasar.
Baca juga: Update Virus Corona di Bangli: Klaster Tukang Suun Tambah Lima Orang Positif Covid-19
Baca juga: Kasus Positif Covid-19 Keluarga Tukang Suun di Bangli Bertambah, Kini Giliran Besannya Positif Swab
Baca juga: Dua PMI Positif Covid-19 di Bangli Sembuh, Tukang Suun Sempat Dipulangkan ke Rumahnya
Tukang suun pun akan ikut mengantar barang belanjaan pelanggan sampai di area parkir pasar, kemudian setelah itu tukang suun akan dibayar sekitar Rp 10-15 ribu.
Begitulah yang dilakukan oleh Ibu Wayan Sikiani. Wanita berumur 50 tahun ini sudah berprofesi sebagai tukang suun sejak tahun 2000.
Ibu Sikiani mulai berprofesi sebagai tukang suun sejak ia masih gadis hingga saat ini sudah memiliki 2 putra yang sudah dewasa, bahkan salah satu anaknya sudah menikah dan memiliki 3 orang anak.
"Saya sudah dari lama kerja begini. Dulu saya masih bajang pulang sekolah langsung kerja jadi tukang suun. Sampai akhirnya menikah, saya sudah punya anak 2. Satunya udah nikah, saya punya cucu tiga," tutur Bu Wayan Sikiani
Ibu Sikiani melakukan kegiatan suun dari pukul 09.00 WITA sampai pukul 17.00 WITA.
Ia mengaku sangat sering mengalami penolakan dari beberapa pengunjung pasar untuk menggunakan jasanya.
Hal ini tentu sangat berdampak pada pendapatan sehari-harinya.
"Dari jam 09.00 saya disini, sampi jam 17.00. Sepi, belum lagi sering ditolak olehboengunjung pasar," keluhnya
Baca juga: Tukang Suun di Bangli dan Anaknya Sembuh, Kini Suami dan Dua Kerabatnya Terpapar Covid-19
Baca juga: Tukang Suun Sembuh, Giliran Suami dan Dua Kerabatnya Terpapar Covid
Baca juga: Anak Tukang Suun di Pasar Kidul Bangli Dinyatakan Positif Covid-19
Ia mengaku sehari bisa saja hanya mendapat Rp 30 rb sampai paling banyak bisa mengumpulkan uang sebesar Rp 50 rb perharinya.
Uang yang terkumpul inilah digunakanya untuk kehidupan sehari-hari bersama suaminya yang berprofesi sebagai buruh bangunan.