Kemungkinan jumlah kasus tersebut akan terus mengalami peningkatan di Karangasem.
Meningkatnya kasus DBD di Karangasem karena siklus lima tahunan. Cuaca yang berubah-ubah menjadi pemicu naiknya kasus DBD di Karangasem.
"Nyamuk aedes aegypti biasanya berkembang jika ada genangan air sekitar rumah," ungkap I Gusti Pertama.
Dari 177 kasus yang ditemukan paling banyak di Kecamataan Karangasem, yakni 84 kasus.
Sedangkan sisanya tersebar di kecamatan lainnya.
Di antaranya Kecamatan Bebandem, Manggis, Kubu, Sidemen, Abang, Selat, dan Kecamatan Rendang.
Belum Masuk KLB
Kepala Dinas Kesehatan Karangasem, Gusti Bagus Putra Pertama mengatakan, angka bebas jentik (ABJ) di Karangasem sudah capai 93 persen.
Angka ini masih di bawah target. Seharusnya ABJ mencapai 95 persen ke atas.
Melejitnya DBD di Karangasem belum dinyatakan sebagai kasus luar biasa (KLB).
Untuk menekan kasus DBD di Karangasem, pemerintah daerah sudah aktifkan kembali Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Pemberantasan DBD di setiap desa.
Hal itu perlu dijalankan agar Karangasem bisa menekan penyebaran DBD setiap tahunnya secara konsisten.
Selain itu menggelar sosialisasi 3M dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), Dinas Kesehatan juga rutin melakukan fogging.
Kegiatan difokuskan ke daerah yang sudah ada kasus DBD.
"Fogging dilakukan rutin. Warga rutin bersihkan lingkungan," ujar Pertama. (*)
Kumpulan Artikel Karangasem