Serba serbi

Tilem Kapat Bertepatan dengan Sabuh Mas, Inilah yang Dilakukan Beserta Upakaranya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Tilem Kapat Bertepatan dengan Sabuh Mas, Inilah yang Dilakukan Beserta Upakaranya

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Selasa, 25 Oktober 2022 merupakan Tilem sasih kapat atau bulan keempat pada sistem kalender Bali.

Selain itu, Tilem Kapat ini juga bertepatan dengan Sabuh Mas.

Apa yang harus dilakukan? 

Saat Tilem kapat ini lakukan pemujaan saat malam hari.

Pemujaan dilakukan tengah malam dengan melakukan yoga, atau hening.

Pahalanya adalah segala noda dan dosa yang ada dalam diri teruwat. 

Baca juga: Tilem Jyesta, Lakukan Yoga dan Hening, Ini Persembahannya

Menurut Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Putu Eka Guna Yasa, pemujaan kepada gelap atau Tilem itu jelas sekali ditujukan kepada Siwa.

Menurutnya, dalam Jnyana Sidantha disebutkan di dalam matahari ada suci, di dalam suci ada siwa, di dalam siwa ada gelap yang paling gelap.

Hal itulah yang menyebabkan tilem mendapatkan pemuliaan.

Guna mengatakan di daerah Bangli ada Pura Penileman, dimana setiap Tilem dilakukan pemujaan di sana.

"Di Pura Penileman dilakukan pemujaan kepada Siwa, karena ada warga masyarakat yang nunas (meminta) pengidep pati atau sarining taksu jelas sudah Siwa. Bukti arkeologis ada arca Dewa Gana yang merupakan putra Siwa,” katanya.

Sehingga dalam konteks kebudayaan di Bali yang dimuliakan bukan bulan terang saja atau Purnama, tapi gelap yang paling gelap juga dimuliakan.

Sementara itu, dalam buku Sekarura karya IBM Dharma Palguna halaman 9 dikatakan, kepada kita para Guru Kehidupan (dan Guru Kematian) mengajarkan agar menghormati gelap, tidak kurang dari hormat pada terang.

Baca juga: Merayakan Tilem Kapitu, Bagaimana Cara Memaknainya?

Hormat pada gelapnya bulan mati (Tilem) tidak kurang dari hormat kita pada terang bulan purnama.

Disebutkan lebih lanjut dalam buku itu pada halaman 10, pembelaan Mpu Tan Akung kepada gelap yaitu gelap tidak harus dihindari atau diusir dengan mengadakan terang buatan.

Tapi dengan memasukinya, menyusupinya, meleburkan diri di dalamnya, atau memasukkannya ke dalam diri.

Saat Tilem atau bulan mati, umat Hindu wajib untuk mengenyahkan segala dosa, noda, dan kekotoran dari dalam diri.

Dalam lontar Sundarigama juga disebutkan.

Mwang tka ning tilem, wenang mupuga lara roga wighna ring sarira, turakna wangi-wangi ring sanggar parhyangan, mwang ring luhur ing aturu, pujakna ring sanggar parhyangan, mwang ring luhur ing aturu, pujakna ring widyadari widyadara, sabhagyan pwa yanana wehana sasayut widyadari 1, minta nugraha ri kawyajnana ning saraja karya, ngastriyana ring pantaraning ratri, yoga meneng, phalanya lukat papa pataka letuh ning sarira.

 

Artinya:

Pada saat Tilem, wajib menghilangkan segala bentuk dosa, noda, dan kekotoran dalam diri. 

Dengan menghaturkan wangi-wangian di sanggar atau di parahyangan, dan di atas tempat tidur, yang dipersembahkan kepada bidadari dan bidadara.

Akan lebih baik jika mempersembahkan 1 buah sesayut widyadari untuk memohon anugerah agar terampil dalam melaksanakan segala aktivitas.

Pemujaan dilakukan tengah malam dengan melakukan yoga, atau hening.

Pahalanya adalah segala noda dan dosa yang ada dalam diri teruwat. 

Semantara Sabuh Mas, merupakan hari raya yang dirayakan sehari sebelum Pagerwesi. 

Sabuh Mas merupakan hari raya berdasarkan pawukon yang dirayakan setiap enam bulan atau 210 hari sekali.

Dilaksanakan pada Anggara (Selasa) Wage wuku Sinta.

Terkait hal itu, dalam lontar Sundarigama disebutkan: 

Anggara Wage, sabuh mas ngaran, pasucian Bhatara Mahadewa, pakertinia ring raja berana emas manik, mwang sarwa mula ratna manik.

Kutipan ini berarti pada hari Anggara (Selasa) Wage, disebut dengan Sabuh Mas. 

Merupakan hari yang disucikan untuk memuja Bhatara Mahadewa, dengan jalan melakukan upacara agama, terhadap harta benda kakayaan, yaitu manik dan segala manikam.

Sehingga pada Sabuh Mas ini menurut lontar Sundarigama jelas merupakan hari pemujaan kepada Bhatara Mahadewa yang menguasai arah pascima (barat).

Pemujaan kepada Bhatara Mahadewa bertujuan untuk memohon kesentosaan serta kemajuan.

Sarana upakara yang digunakan yaitu suci, daksina, peras penyeneng, sesayut yang disebut amerta sari, canang lenga wangi, burat wangi dan reresik, tadah pawitra.

Tempatnya yaitu dihaturkan di piyasan di sanggar (di piyasan atau di sanggah). (*)

 

Artikel lainnya di Serba serbi

 

Berita Terkini