TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-17 G20 akan diselenggarakan di Nusa Dua, Badung, Bali pada 15-16 November 2022.
KTT ini akan menjadi puncak dari proses dan usaha yang dilakukan oleh seluruh alur kerja G20 –baik itu berupa Pertemuan Kelompok Keterlibatan (Engagement Group), Pertemuan Kelompok Kerja (Working Group) hingga Pertemuan Tingkat Menteri (Ministerial Meeting) selama setahun masa presidensi Indonesia.
Karena merupakan pertemuan puncak (summit), maka agenda yang dibicarakan dalam KTT G20 itu adalah hasil akhir, yakni substansi atau “perasan” dari hasil sekian banyak pertemuan sebelumnya, yang jumlah totalnya sebanyak 438 pertemuan sejak 1 Desember tahun lalu atau di masa Presidensi G20 Indonesia. Demikian menurut Kemenkominfo.
Jadi, jangan bayangkan para kepala negara itu nanti berdebat panas apalagi saling otot-ototan diantara mereka mengenai isu-isu dalam KTT G20. Sama sekali tidak. Mengapa?
Baca juga: BALI Jadi Tempat Upaya Perdamaian Peperangan Rusia dan Ukraina, Pada Pertemuan KTT G20
Sebab, agenda atau isu yang dibawa ke KTT itu sudah dimatangkan dalam 438 pertemuan sebelumnya, yang diadakan di 25 kota di Indonesia, terbanyak di Bali (Nusa Dua), Jakarta, dan Jogjakarta, sejak Desember 2021 saat Indonesia mulai memegang Presidensi G20.
Ratusan pertemuan sebelumnya itu baik berupa pertemuan di level Kelompok Keterlibatan (Engagement Group), level Kelompok Kerja (Working Group) maupun level Kelompok Menteri (Ministerial Meeting).
Kelompok Keteribatan adalah kelompok yang dalam pertemuan-pertemuannya melibatkan perwakilan lembaga negara/pemerintah dan perwakilan non-negara/pemerintah (independen) dari G20.
Mereka bisa kelompok bisnis, kelompok masyarakat sipil, serikat buruh, kelompok perempuan, kelompok pemuda, bahkan dalam G20 di Indonesia kali ada kelompok baru yang dilibatkan, yakni kelompok keagamaan.
Baca juga: Jelang KTT G20, 200 Personel Jaga Ketat Gilimanuk Mulai 8-17 November
Mereka melakukan pertemuan-pertemuan dengan inisial sesuai sebutan kelompoknya. Misalnya, kelompok bisnis mengadakan pertemuan-pertemuan dengan inisial B20 (Business20), pertemuan kelompok perempuan dengan inisial W20 (Women20), kelompok pemuda Y20 (Youth20), dan demikian seterusnya.
Terbaru dalam G20 tahun 2022 ini, dimasukkan organisasi keagamaan ke dalam Kelompok Keterlibatan, dan pertemuannya disebut R20 (Religion20).
Angka 20 pada semua jenis pertemuan tersebut menunjukkan 20 anggota G20. Ada 11 Kelompok Keterlibatan dalam Presidensi G20 Indonesia saat ini.
Pertemuan-pertemuan Kelompok Keterlibatan tersebut berfungsi untuk memberikan kontribusi, yang biasanya berupa rekomendasi di bidang yang terkait dengan kepentingan mereka.
Sedangkan Kelompok Kerja atau Working Group melibatkan lembaga-lembaga resmi pemerintah/negara sesuai bidang masing-masing.
Menurut akun Instagram resmi presidensi G20 Indonesia, Kelompok Kerja ini beranggotakan para ahli dari negara-negara G20, yang menangani isu-isu spesifik yang terkait dengan agenda G20 yang lebih luas.
Dari penjelasan-penjelasan di atas, maka bisa dikatakan bahwa sebetulnya hasil KTT G20 15-16 November nanti sudah bisa ditebak sebelumnya.
Bagaimana tidak? Kan materi KTT sebetulnya sudah dimatangkan, sehingga sudah diketahui sebelumnya.
Baca juga: Berawal Dari Iseng Daftarkan Produk, Jus Dari UMKM Ini Akan Dipamerkan saat Gelaran KTT G20 di Bali
Seperti dikutip kantor berita Antara, Sabtu 29 Oktober 2022, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan, hasil pertemuan para kepala negara atau KTT G20 nanti dituangkan dalam bentuk deklarasi, yakni Leaders’ Declaration atau Deklarasi Para Pemimpin.
Isi deklarasi tersebut berupa poin-poin pokok atau substansi, yang merangkum semua hasil pertemuan di level sebelumnya.
Namun, bisa saja bahwa negara-negara anggota G20 keberatan dengan deklarasi, dan itu dimungkinkan.
Jikalau demikian, bisa jadi nanti Indonesia (yang dalam KTT diwakili Presiden RI) sebagai pemegang posisi presidensi G20 hanya menyampaikan semacam kesimpulan pertemuan, yakni berupa Chair’s Notes ataupun Chair's Statement.
Bagaimanapun, meski lebih condong sebagai pertemuan formalitas daripada pertemuan teknis, KTT tentu memiliki bobot yang lebih.
Karena posisi para peserta KTT merupakan kepala negara/pemerintahan dari masing-masing anggota G20, maka apapun output yang muncul dari pertemuan mereka tentu mempunyai gaung pengaruh tidak kecil.(sunarko)