Pertama, Perlunya menegakkan hukum internasional dan sistem multilateral.
Kedua, Menangani krisis ekonomi termasuk melalui kerja sama kebijakan makro internasional.
Ketiga, Mengupayakan ketahanan pangan dan energi.
Keempat, Mengadopsi teknologi digital untuk mendorong inovasi.
Kelima, Komitmen bersama untuk mencapai Target Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Keenam, Mengatasi perubahan iklim.
Ketujuh, Memperkuat sektor kesehatan.
Terakhir, para pemimpin menyambut baik upaya Indonesia sebagai presiden G20 tahun ini untuk menyusun berbagai isu prioritas dan kerja sama internasional yang terkoordinasi dari negara anggota, negara undangan, serta organisasi regional dan internasional.
Presiden RI Joko Widodo dalam pembukaan KTT G20 di Bali menegaskan segala pembahasan dalam pertemuan puncak tersebut tidak boleh gagal menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dunia.
“Hari ini mata dunia tertuju pada pertemuan kita. Apakah kita akan mencetak keberhasilan? Atau akan menambah satu lagi angka kegagalan? Buat saya, G20 harus berhasil dan tidak boleh gagal,” tegas Jokowi di hadapan para pemimpin dan delegasi negara-negara G20.
Jokowi menekankan sebagai presiden G20, Indonesia telah berupaya semaksimal mungkin untuk menjembatani perbedaan yang sangat dalam dan sangat lebar.
Namun, kata dia, keberhasilan hanya akan dapat tercapai jika semua pemimpin dan delegasi, tanpa terkecuali, berkomitmen, bekerja keras, menyisihkan perbedaan-perbedaan untuk menghasilkan sesuatu yang konkret, sesuatu yang bermanfaat bagi dunia.
Di bawah tema besar presidency G20 Indonesia, yaitu “Recover Together, Recover Stronger”, Bali Leaders’ Declaration 2022 memuat 52 poin pernyataan serta berbagai komunike dan dokumen hasil pembahasan seluruh engagement groups G20.
KTT G20 Bali berlangsung 15-16 November 2022. Pada hari terakhir ini, agenda KTT G20 dibuka dengan penanaman pohon mangrove di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Denpasar.
Jokowi pun mengajak para pemimpin negara dan para tamu undangan KTT G20 mengelilingi Tahura Ngurah Rai.