Kematian Misterius Prada Indra

Keluarga Temukan Kejanggalan Kematian Prada Indra, Ahli Psikologi Forensik: Butuh Autopsi Ulang

Editor: Sabrina Tio Dora Hutajulu
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prada Indra semasa hidup (kiri) dan kakak Prada Indra, Rika Wijaya (kanan). Prada Indra dilaporkan tewas karena dehidrasi berat, namun saat peti jenazah dibuka, keluarga mendapati jasad korban penuh luka lebam dan ada darah.

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Keluarga Temukan Kejanggalan Kematian Prada Indra, Ahli Psikologi Forensik: Butuh Autopsi Ulang

Misteri kematian prajurit TNI Angkatan Udara Prada Muhammad Indra Wijaya menjadi sorotan.

Baca juga: Keluarga Histeris Saat Buka Peti Jenazah Prada Indra: Darah Menembus Kain Kafan di Bagian Wajah

Baca juga: Keluarga Histeris Saat Buka Peti Jenazah Prada Indra: Darah Menembus Kain Kafan di Bagian Wajah

Mulanya Markas Komando Operasi Udara III (Makoopsud III) Biak, Papua tempat Indra bertugas mengatakan, penyebab kematian Indra adalah dehidrasi berat.

Namun, keluarga menemukan darah dan luka di tubuh Prada Indra.

Prada Indra diduga dianiaya oleh sesama prajurit TNI AU hingga meninggal dunia.

Prada Indra meninggal setelah sempat dirawat di RS Pangkalan Angkatan Udara (Lanud) Manuhua Biak, pada Sabtu (19/11).

Keluarga korban menemukan beberapa kejanggalan kematian Prada Indra, termasuk upaya menyembunyikan penyebab kematian.

Ahli Psikologi Forensik, Reza Indragiri, menyebut kasus kematian Prada Indra mirip kasus pembunuhan Brigadir J.

Menurutnya, dua kasus ini sama-sama banyak kejanggalan yang sengaja ditutupi.

Ia berharap kasus kematian Prada Indra dapat dilakukan investigasi ulang seperti kasus Brigadir J.

"Mungkin perlu diulangi proses investigasinya sebagaimana pada kasus Yosua," ujarnya pada Kamis (24/11), dikutip dari Kompas.com.

Dalam proses investigasi ulang yang dilakukan, kata Reza, harus mendapat perhatian khusus dari Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.

"Bahkan (investigasi ulang kasus Prada Indra) membutuhkan atensi langsung Panglima TNI," terangnya.

Selain itu, Reza menambahkan, perlu dilakukan autopsi ulang dalam kasus ini agar terungkap fakta sebenarnya.

Sementara itu, mantan Kabais TNI, Soleman B Ponto, berharap kasus kematian Prada Indra dapat diusut hingga tuntas.

"Iya betul sekali (perlu diusut tuntas)," ungkapnya.

Soleman menganggap kasus kematian Prada Indra janggal karena peti jenazah tidak boleh dibuka dan keluarga diminta langsung memakamkan.

Setelah empat tersangka ditetapkan, ia akan menunggu perkembangan kasus ini.

"Karena dalam kasus ini sudah ada empat orang tersangka, maka kita hanya tunggu bagaimana dipengadilan. Seberapa jauh penuntut menggali kasus ini," jelasnya.

TNI AU tetapkan 4 tersangka

Prada Indra diduga meninggal dunia karena dianiaya oleh sesama prajurit TNI AU.

Kini empat prajurit TNI AU telah resmi menjadi tersangka.

Mereka adalah Prada SL, Prada MS, Pratu DD, dan Pratu BG yang merupakan senior dari korban sendiri.

Penetapan tersangka ini dibenarkan oleh Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau), Marsma Indan Gilang Buldansyah.

"Iya, sudah tersangka," ujarnya pada Rabu (23/11), dikutip dari Kompas.com.

Untuk mempermudah proses penyidikan, empat tersangka saat ini telah ditahan sementara hingga 20 hari ke depan.

Menurutnya, jika terbukti ada kasus penganiayaan para tersangka dapat diberi sanksi tegas.

"Bila terbukti ditemukan ada tindak pidana penganiayaan, TNI AU akan memberikan sanksi hukum tegas, sesuai aturan yang berlaku," jelasnya.

Para tersangka terancam pasal berlapis jika terbukti melakukan penganiayaan.

Mereka dapat dikenai sanksi administrasi dan pidana.

Untuk sanksi administrasi, para tersangka dapat dipecat dari TNI.

Peti jenazah datang di rumah duka dalam kondisi tergembok

Kakak Prada Indra, Rika Wijaya, menceritakan awal mula kecurigaan keluarga terkait penyebab kematian Prada Indra.

Hal itu bermula ketika keluarga menerima peti jenazah Prada Indra dalam kondisi digembok.

Ketika keluarga ingin membuka gembok tersebut, petugas TNI AU yang mengantar mengatakan tidak diberi kuncinya.

"Kejanggalannya adalah ketika kami membuka peti jenazah, pihak keluarga bertanya kunci gembok peti jenazah di mana. Beliau (perwakilan TNI AU) menjawab bahwa tidak diberikan kunci dari dari sananya, dari Biak sendiri enggak dikasih kunci," ungkapnya pada Rabu (23/11), dikutip dari Kompas.com.

Keluarga pun berinisiatif membuka paksa gembok menggunakan palu.

Ketika peti berhasil dibuka, keluarga kaget karena saat membuka kain kafan di bagian kepala keluar darah.

"Kami buka kain kafannya mulai dari bagian kepala. Nah mulai dari bagian kepala yang kami lihat adalah darah," tambahnya.

Dari kejanggalan awal ini, keluarga meminta untuk membuka seluruh kain kafan jenazah dan memastikan kondisinya secara keseluruhan.

"Akhirnya kita minta untuk dibuka seluruh bagiannya kemudian dibuka lagi bagian kain kafannya hingga seluruh badan," terangnya.

Dari situ, diketahui ada luka lebam dan diduga sayatan di bagian dada hingga perut.

(*)

Sumber Tribunnews

Berita Terkini