Misalnya wisatawan yang merasa mampu berbahasa Rusia, kemudian melihat hanya sedikit orang lokal yang bisa berbahasa Rusia, maka ia akan memanfaatkannya sebagai peluang mencari ladang penghasilan.
Berikutnya adalah digital nomad yang perlu pengkajian untuk mengetahui yang sebenarnya dari digital nomad ini.
“Perlu dicari tahu itu, apakah memang merupakan pekerjaan atau kebanggaan bagi pemilik pemilik homestay atau hotel di Canggu?. Oh di Canggu ini bagus untuk tempat digital nomad, padahal ternyata mereka (wisatawan) berbisnis sana,” ungkapnya.
Aturan-aturan yang membahas tentang peran wisatawan dirasa Gus Mananda harus ditegakkan.
Menjadi kewajiban bersama untuk memastikan, untuk memberikan informasi dan sosialisasi sehingga mencegah terjadi suatu kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh wisatawan.
Apabila dari cara tersebut tidak mampu mengubah perilaku wisatawan menjadi lebih baik, barulah diberikan karena memang itu adalah bagian dari proses.
Berdasarkan pengamatannya, Gus Mananda yakin tidak semua wisatawan melakukan kegiatan yang menyimpang.
Kurang lebih mereka yang melakukan penyimpangan hanya di bawah 10 persen, bahkan bisa kurang dari 5 persen.
Oleh karena itu, para wisatawan tidak boleh disamaratakan dan dinilai secara sepihak karena masih banyak wisatawan yang baik. (*)