Berita Jembrana

Sediakan Latihan Menari Untuk Anak Difabel dan KK Miskin, Hingga Mengajar Tari di Panti Asuhan

Penulis: I Made Prasetia Aryawan
Editor: Fenty Lilian Ariani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sediakan Latihan Menari Untuk Anak Difabel dan KK Miskin, Hingga Mengajar Tari di Panti Asuhan

NEGARA, TRIBUN-BALI.COM - Suasana di Sanggar Pradnya Swari Jembrana nampak ramai, Kamis 15 Juni 2023.

Anak-anak baik laki dan perempuan nampak serius dan asik mengikuti kelas menari di sanggar yang berlokasi di Lingkungan Menega, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana.

Uniknya, Sanggar yang dinahkodai Ni Kadek Astini ini juga melatih tari Bali untuk anak disabilitas serta anak kurang mampu secara gratis.

Setiap semester, ia dan suaminya I Made Marta Hadiputra selalu menyediakan kuota untuk mereka.

Motivasi mereka hanya untuk terus melestarikan tari Bali dan memberikan ruang bagi mereka anak disabilitas dan anak kurang mampu mendapatkan tempat serta materi latihan tari yang layak. 

Lembaga kursus dan pelatihan tari Bali yang berdiri sejak 19 Mei tahun 2011 ini sudah berhasil mengajar sedikitnya sudah mencetak 3.500-an orang penari.

Bahkan, dari ribuan siswa siswi ini beberapa orang diantaranya sudah menjadi pelatih tari dan beberapa lainnya menjadi asisten. 

Pengelola Sanggar Pradnya Swari Jembrana, I Made Marta Hadiputra (36) menuturkan, sebelum memutuskan untuk membuka lembaga kursus dan pelatihan tari Bali ini, istrinya Ni Kadek Astini mendapat tawaran untuk mencari penari rejang yang akan pentas di sebuah acara. Mengingat, Ni Kadek Astini sebelumnya memang mengajar di sanggar di wilayah Gianyar.

Darisana, ia kemudian mencoba untuk membuka sanggar tari Bali ini di wilayah Jembrana. 

Baca juga: Ramalan Zodiak Senin 19 Juni 2023 untuk Libra, Scorpio dan Sagitarius: Horoskop Cinta dan Keuangan

Ia kemudian memutuskan untuk membuka lembaga kursus dan pelatihan tari Bali sejak 19 Mei 2011 lalu.

Sejak mulai berdiri, ia memang membuka sanggar ini di rumah lamanya yakni di lingkungan Waru Mekar, Kelurahan  Dauhwaru.

Di lokasi tersebut, awalnya hanya satu dua orang murid saja yang belajar menari. 

"Jadi, Ni Kadek Astini ini memang mengajar di sanggar wilayah Gianyar dulu. Setelah pindah kesini, akhirnya memberanikan diri untuk membuka sanggar," tutur Made Marta saat dijumpai di sanggarnya.

Seiring waktu berjalan, kata dia, kemudian mulai ada anak sekolah terutama sekolah terdekat yang ikut belajar tari.

Hingga akhirnya beberapa waktu kemudian mulai ramai dan setiap semester terus bertambah secara bertahap.

Dan sejak 2012 lalu sanggar ini kemudian didaftarkan ke Himpunan Lembaga Kursus di bawah Disdikpora Jembrana.

Dan hingga saat ini, sedikitnya sudah ada sekitar 3.500-an anak-anak yang dicetak dari Sanggar Pradnya Swari Jembrana ini.

Dia melanjutkan, anak-anak yang berlatih di sanggar ini berasal dari berbagai wilayah, terutama Jembrana.

Mulai dari daerah Rambut Siwi, Desa Yeh Embang Kangin, Kecamatan Mendoyo hingga Kecamatan Melaya.

Bahkan, yang dari sekitaran lokasi sanggar yakni Kelurahan Dauhwaru ini tanya 5 orang saja, sisanya luar Kelurahan.

"Anak-anak kita berlatih sesuai kurikulum. Artinya, selain latihan ada juga ujian semester dan ujian tingkat. Kita mendatangkan juri atau penguji dari Gianyar dan Denpasar Denpasar di setiap ujian," ungkapnya.

Uniknya, Sanggar Pradnya Swari ini juga memfasilitasi anak disabilitas serta anak kurang mampu untuk latihan menari secara gratis.

Pada setiap semester, sanggar ini menyediakan kuota sedikitnya untuk 15 orang anak kurang mampu. Sementara untuk anak disabilitas kuotanya tak dibatasi.

Disisi lain, Ni Kadek Astini juga selalu mengajar secara gratis untuk anak-anak di sebuah Panti Asuhan yang berlokasi di Kecamatan Negara.

Untuk jadwal, Selasa-Minggu anak-anak belajar di sanggar, sementara untuk hari senin khusus melatih tari di Panti Asuhan.

Cerita berlanjut, pada masa Pandemi Covid 19 lalu, sanggar ini sempat membuka pendaftaran secara online di media sosial.

Ternyata, banyak yang ingin mendaftar dan sangat antusias terutama yang berasal dari luar Jembrana seperti Denpasar, Badung hingga Gianyar.

Mereka menduga sanggar ini berlokasi di wilayah Denpasar atau Badung, ternyata sanggar ini berlokasi di gumi makepung.

"Tujuannya hanya untuk tetap melestarikan tari Bali dan memberikan ruang berlatih kepada anak disabilitas dan juga kurang mampu. Kenapa gratis? Karena kami sangat tau bagaimana rasanya tidak punya," tutur Made Marta sembari memperhatikan anak-anak berlatih tari di sanggarnya.

Disinggung mengenai darimana undangan pentas menari untuk mengisi acara baik forman dan non formal, Made Marta mengakui pihaknya telah menerima berbagai undangan pentas tari di berbagai acara baik formal dan non formal.

Beberapa kali juga diundang ke Jakarta untuk mengisi acara di program sebuah acara televisi. Selain itu sempat diundang dalam acara formal di kementrian, Pemprov Bali hingga pemerintah daerah.

Bahkan, belum lama ini juga menerima undangan dari Malaysia untuk mengisi pertunjukan di sebuah acara. Namun, karena berbenturan dengan jadwal pentas lainnya, ia belum menentukan pilihan. 

Selain undangan, Sanggar Pradnya Swari khususnya Pelatih Tari Ni Kadek Astini juga pernah mendapat penghargaan dari Kementrian Sosial (Kemensos) RI belum lama ini.

Ia diberikan predikat oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini sebagai sosok yang berdidikasi untuk sosial dan kemanusiaan.

"Selain diundang ke berbagai acara TV, kita juga sempat menerima penghargaan dari Kemensos. Astungkara sanggar ini tetap berjalan dengan mengedepankan nilai kemanusiaan," tandasnya. 

Jangan Berhenti Berbuat Baik Untuk Kemanusiaan

I Made Marta Hadiputra dan Ni Kadek Astini merupakan sosok pasutri yang harus menjadi panutan masyarakat lainnya.

Mereka tak terlahir dari keluarga bergelimang harta namun mampu berbagi dengan segala keterbatasannya.

Kuncinya adalah jangan henti berbuat baik secara tulus ikhlas kepada orang lain, dan niscaya kebaikan itu akan kembali pada diri sendiri.

Menyediakan kuota dan berlatih secara gratis untuk anak disabilitas dan anak kurang mampu adalah salah satu bentuk kemanusiaan yang patut dijunjung tinggi.

Ia tak berharap banyak dengan program tersebut, hanya untuk melestarikan tari Bali dan anak-anak tersebut memiliki bekal skill menari Bali nantinya.

Selain itu, sanggar ini juga memiliki tiga konsep seni. Yakni Seni untuk hidup artinya dari seni kita bisa hidup. Kemudian Seni untuk Bhakti artinya dengan seni kita bisa berbakti dengan semua elemen masyarakat maupun lingkungan.

Kemudian yak terakhir adalah seni untuk sosial. Seni untuk sosial ini sudah sering kali dilaksanakan yakni dengan menggelar acara berbagai bersama dan lainnnya.

"Seni untuk sosial, artinya ada aksi sosial kepada orang lain. Kita dari sanggar selalu menyisihkan pendapatan yang kemudian disalurkan dengan memberi anak kurang mampu agar punya keterampilan maupun skill untuk bekal mereka nanti," ungkapnya.

"Kita juga berpesan ke anak-anak kita untuk tidak henti-hentinya berbuat baik dan berbagi kepada sesama. Meskipun sedikit, intinya kita berbagi," pesannya. 

Di akhir kata, ia juga sempat mengkritik pemerintah daerah yang dianggap kurang memperhatikan aktivitas seni maupun budaya yang ada di Jembrana.

Padahal, pulau Bali ini terkenal di dunia karena seni dan budaya. Dia berharap, pemerintah daerah khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jembrana agar lebih memperhatikan setiap kegiatan seni dan budaya yang ada di Jembrana. 

"Kita justru jarang diperhatikan oleh pemerintah daerah di sini. Kalau diluar wilayah memang diperhatikan sekali, di sini tidak terlalu diperhatikan. Kami tidak mau mengemis seperti mengajukan proposal dan lainnya, lebih baik menerima punia yang tentu saja diberikan secara ikhlas," tutupnya. (*)

Berita Terkini