Mata Lokal Memilih Series di Bali

Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, Cok Ace: Untuk Memastikan Kesucian dan Keharmonisan Bali

Penulis: Putu Supartika
Editor: Fenty Lilian Ariani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, selaku Koordinator Kelompok Ahli Bidang Pembangunan Pemerintah Provinsi Bali saat membacakan sambutan Wakil Gubernur Bali, Prof. Dr. Ir. Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Dalam menjaga kelestarian alam, manusia, dan kebudayan Bali agar lestari, sejak dulu telah menggunakan konsep nyegara gunung.

Dimana gunung bermakna mahkota atau hulu dan segara adalah kaki atau teben yang menjaga kekuatan spirit taksu Bali.

Sehingga terbukti sejak berabad-abad, kebudayaan Bali tangguh dan lentur di tengah arus zaman.

Hal tersebut diungkapkan Wakil Gubernur Bali, Prof. Dr. Ir. Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati dalam sambutannya yang disampaikan oleh Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, selaku Koordinator Kelompok Ahli Bidang Pembangunan Pemerintah Provinsi Bali.

Hal itu disampaikan dalam Mata Lokal Memilih Talkshow Series bertajuk Haluan Pembangunan 100 Tahun Bali ke Depan pada Sabtu, 2 September 2023 di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Art Center Bali.

Dalam menjaga eksistensi dan keberlanjutan tersebut, Bali di masa depan tak boleh bergerak tanpa arah.

Terlalu besar risiko bila bali tidak memiliki arah dan strategi pembangunan untuk mewujudkan Bali masa dalam menghadapi permasalahan dan tantangan yang ada.

Oleh karena itu, dibuatlah konsep Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru, dari tahun 2025 hingga tahun 2125.

“Haluan Pembangunan Bali Masa Depan terdiri atas Bali tempo dulu, masa kini, kondisi objektif dan tantangan dan Bali masa depan,” katanya.

Adapun tujuannya yakni untuk memastikan kesucian, keharmonisan alam, manusia, dan kebudayaan terjaga baik dan berkelanjutan.

Pembangunan Bali pun tidak boleh dibangun secara parsial, dengan ego wilayah, melainkan dibangun secara terpola, menyeluruh, terencana dan terintegrasi.

“Ini menjadi pedoman wajib yang dilaksanakan Pemprov Bali bersama Kota/Kabupaten se-Bali secara konsisten, berkelanjutan secara niskala sekala dan didukung masyarakat,” katanya.

Untuk Bali tempo dulu atau atita membentang dari masa pra sejarah, Bali Kuno, Bali Madya, masa penjajahan, hingga Indonesia Merdeka 1945.

Kemudian Bali masa kini atau wartamana membentang dari Indonesia Merdeka hingga saat ini.

Khusus untuk alam Bali masa kini tergambar dari luas wilayah yakni 5590,15 km persegi dimana Bali memiliki 24 gunung dan laut sepanjang 633,2 km.

Juga memiliki 4 danau, 244 sungai, 22 air terjun sebagai objek wisata, hutan seluas 136.827 hektar, lahan pertanian seluas 563.666 hektar, dan bukan pertanian 203.972 hektar.

Sedangkan manusia Bali kini tergambar dari tahun 2022 jumlah penduduk sebanyak 4,3 jt dengan rerata laju pertumbuhan 1,01 persen per tahun.

Dan Bali masa depan atau anagata yakni dari tahun 2025 hingga tahun 1125.

“Konsep Bali masa depan terdiri dari tiga alur waktu yakni tri semaya terdiri atas atita, wartamana, anagata. Konsep Bali masa depan merupakan untaian peradaban Bali tempo dulu, pencapaian masa kini dan Bali masa depan,” katanya.

Dimana Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru mencakup 3 alur konsep yakni tesis, antitesis, sintesis.

Baca juga: CEO Tribun Network: Bali Adalah Ibu Kota Hospitality Indonesia

Kemudian 3 alur proses yakni romantika, dinamika, dialektika, serta 3 alur ideologi yakni kultural, religius, dan nasionalis dan berkaitan dengan alam, manusia, dan kebudayaan bali. (*)

 

Berita Terkini