Berita Denpasar

WTI Bali Gelar Workshop Pengolahan Sampah ‘Teba Modern’, Tutik: Ingin Selesaikan Masalah Sampah

Penulis: Ida Bagus Putu Mahendra
Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana saat Ketut Losen (kanan) peragakan cara penggunaan “Teba Modern” jenis pipa paralon - WTI Bali Gelar Workshop Pengolahan Sampah ‘Teba Modern’, Tutik: Ingin Selesaikan Masalah Sampah

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Wanita Tani Indonesia Provinsi Bali (WTI Bali) menggelar workshop pengolahan sampah di Teba Majalangu, Denpasar, Bali pada Selasa 10 Oktober 2023.

Kegiatan yang dimulai sekitar pukul 16.00 Wita itu dihadiri oleh sebagian besar perempuan.

Mulai dari PKK Desa Dauh Puri Kangin, pimpinan BPR, hingga perwakilan sejumlah komunitas.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua DPD WTI Bali Tutik Kusuma Wardhani menuturkan, pihaknya ingin berperan aktif dalam pengolahan sampah.

Baca juga: Bau TPST Kertalangu Ganggu Aktivitas Sekitar, Komisi III DPRD Minta Pemkot Buat Bank Sampah Induk

Pasalnya, pengolahan sampah dapat dilakukan mulai dari rumah tangga masing-masing.

“Wanita Tani Indonesia Provinsi Bali ingin mengambil peran aktif untuk mensosialisasikan kepada para wanita, ibu-ibu, rumah tangga bahwa sampah organik bisa kita tuntaskan sendiri di rumah masing-masing,” ujar Tutik dalam sambutannya.

Mewujudkan hal itu, Tutik dan rekannya di WTI Bali menggeber pengolahan sampah dengan metode “Teba Modern”.

Lebih jauh soal “Teba Modern”, I Ketut Losen sebagai pembicara menuturkan zaman dahulu di Bali, sampah masih bersifat homogen yang didominasi oleh sampah organik.

Pengolahannya, kata dia, cukup dibuang ke “teba”- pekarangan yang disisakan oleh pemilik rumah guna membuang sampah.

Biasanya, teba dikatakan berlokasi di belakang rumah dengan tingkat tanah yang lebih rendah dari bangunan utama.

Sampah organik yang dibuang ke teba, akan secara alami diproses oleh alam.

“Dibuang ke teba nanti alam yang mengolah dengan sendirinya,” ungkapnya.

Namun, teba kini jarang dijumpai khususnya di wilayah perkotaan.

Sebab, lahan di perkotaan jumlahnya terbatas.

Sehingga, muncul terobosan terkait adanya “Teba Modern” guna mengakomodir pengolahan sampah rumah tangga yang ada di wilayah perkotaan.

“Teba Modern” ini disebut memiliki dua jenis, yakni berbentuk sumur dan berbentuk pipa.

“Teba Modern” berbentuk sumur ini, memiliki disebut kedalaman 1,5 meter.

Pada bagian atas, diberi penutup berbahan dasar beton.

Nantinya, sampah organik yang berasal dari halaman rumah dapat langsung dimasukkan ke dalam sumur tersebut.

Jenis kedua, yakni berbahan dasar pipa paralon.

Pada terobosan awal, pipa paralon tersebut memiliki panjang 1 meter.

Namun lantaran mengeluarkan bau menyengat, Losen merekomendasikan panjang pipa menjadi 2 meter.

Pipa sepanjang 2 meter itu akan ditanaman di halaman rumah sedalam 50 centimeter.

Sepanjang 40 centimeter yang ditanam itu diberi lubang kecil dan 10 centimeter sisanya dibiarkan tanpa lubang.

Sehingga, pipa paralon itu menjulang setinggi 150 centimeter atau 1,5 meter dari atas tanah.

Nantinya, sampah organik sisa makanan seperti potongan buah, dapat dimasukkan ke dalam pipa tersebut.

Kumpulan Artikel bali

Berita Terkini