TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Menjadi seorang disabilitas Achondroplasia atau lebih dikenal sebagai dwarfisme (kerdil) tak menghentikan langkah Hendrik Sari Kusbiantoni.
Untuk tetap melanjutkan hidupnya, Hendrik bekerja sebagai tukang parkir PD Parkir Kota Denpasar.
Rupanya pekerjaan mengatur parkir kendaraan ini sudah ia lakoni sejak tahun 2006.
Biasanya ia bekerja memarkirkan kendaraan di Jalanan Diponogoro, Denpasar, Bali.
Baca juga: Kisah Warga Siakin Bangli Saat Musim Kemarau, Beli Air Rp 100 Ribu per Kubik
“Jadi tukang parkir dari tahun 2006 dulu saya bukan tukang parkir. Awalnya dulu sebelum dapat kerja saya mancing di jembatan (Jalan Diponogoro), lalu ada tawaran kerja parkiran syukur,” kata Hendrik, Sabtu 4 Oktober 2023.
Di sela-sela bekerja menjadi tukang parkir kala itu Hendrik juga sempat mengikuti shooting film di Bali dengan beberapa artis Ibukota seperti Ruben Onsu dan Kiki Fatmala.
Tak jarang, kata Hendrik, masih ada orang-orang yang iba dengannya karena dengan badannya yang kecil ia bekerja sebagai tukang parkir.
Maka dari itu terkadang ia mendapatkan bantuan sembako dari masyarakat yang iba.
“Jauh merantau ke Bali terdampar, di Bali dari tahun 1990. Di sini sendiri hidup berjuang dari dulu sendiri dan saya tinggal di Jalan Diponogoro ngekos,” imbuh pria yang berasal dari Medan ini.
Hendrik biasanya bekerja dengan shift yakni dari pukul 09.00-15.00 Wita.
Namun jika ada teman petugas parkir lainnya yang tidak bisa bekerja, Hendrik akan menggantikan dengan masuk full dari pukul 08.00-21.00 Wita.
Dalam sehari saat menjaga parkir ia bisa mendapatkan uang Rp 60 ribu.
Namun ini akan disetorkan ke PD Parkir dan ia akan dibayar dengan persentase.
“Paling banter parkir kalau dapat Rp 30-60 ribu sehari. Pakai persentase kalau per hari tergantung pendapatan misal dapat Rp 50 ribu setor 30 ribu. Karena Covid-19 pendapatan sempat menurun,” imbuh pria kelahiran 31 Agustus 1961 tersebut.
Saat bertugas menjadi seorang petugas parkir tentunya ia banyak menerima perkataan yang tidak sedap dari beberapa orang.
Hendrik mengatakan kadang orang-orang berpikir ia takut menjaga parkir karena badannya yang kecil.
Menurutnya orang yang meremehkannya sama seperti orang yang memiliki sifat iri dan dengki.
“Kadang orang tak suka lihat dari segi jaga parkir karena kecil banyak yang kasihan sama saya itu sudah rezeki masing-masing kehendak dari yang di Atas (Tuhan). Yang penting saya menjalankan tugas kerja hidup bahagia walaupun tidak ada anak istri,” bebernya.
Hendrik juga mengatakan ia bukan tidak menikah namun takut menikah.
Kata Hendrik, memang tidak semua perempuan gila harta, namun ia sempat khawatir jika menemui perempuan seperti itu.
“Bukan tidak menikah tapi takut. Kalau lihat wanita tidak semua matre, kalau memang senang ayo jangan cinta karena harta dulu sempat mau coba. Kalau teman banyak. Sejauh ini syukur aman dan nyaman jadi tukang parkir,” tutupnya.
Kumpulan Artikel Denpasar