Berita Denpasar

Waspada Inflasi 2024, Harga Bawang Merah dan Tomat Masih Tinggi

Penulis: Arini Valentya Chusni
Editor: Fenty Lilian Ariani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bawang merah masih menjadi penyebab inflasi

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Di tahun 2024, salah satu isu yang disepakati menjadi ancaman serius bangsa Indonesia adalah inflasi. 

Berdasarkan data yang dihimpun Tribun Bali pada Senin (8/1/2024) dari Bank Indonesia Provinsi Bali, pada Januari 2024 risiko yang perlu diwaspadai antara lain dampak kenaikan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) sebesar 10 persen mulai Januari 2024 terhadap peningkatan harga rokok, dan potensi masih berlanjutnya kenaikan harga hortikultura (cabai, bawang merah) seiring dengan berakhirnya musim panen. 

Harga bawang merah dan tomat masih tinggi. Di Bali, harga bawang merah mengalami kenaikan 14,08%. 

Sedangkan untuk tomat mengalami kenaikan 43,18%.

Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disprindag) Provinsi Bali mengatakan harga bawang merah mulanya Rp 35.500 kini menjadi Rp 40.500.

Di Pasar Kreneng, Pasar Badung, dan Pasar Gunung Agung, sekilo bawang merah dibanderol Rp 40 Ribu. Sedangkan di Pasar Nyanggelan dibanderol Rp 42 Ribu perkilogram. 

Untuk tomat, dari harga Rp 11 Ribu pergilogram kini menjadi Rp 15.750. Di pasar Kreneng dan Pasar Badung harga tomat dibanderol Rp 15 Ribu dan di Pasar Gunung Agung dibanderol Rp 16 Ribu.

Sebelumnya, pada Desember 2023, inflasi bersumber dari kenaikan harga cabai merah, tarif angkutan udara, emas perhiasan, canang sari dan cabai rawit. 

Kenaikan harga komoditas cabai terutama disebabkan oleh penurunan pasokan seiring dengan berakhirnya musim panen raya. 

Baca juga: Short Cut Simpang Padonan Rampung, Jalan Akan di Buka Setelah di Pelaspas 10 Januari 2024 Mendatang


Untuk cabai merah besar mengalami penurunan sebesar 9,91?ri harga Rp 55.500 kini menjadi Rp 50 Ribu perkilogram.

Untuk harga cabai kecil juga terpantau mengalami penurunan sebesar 35,29?ri harga Rp 76.500 kini menjadi Rp 49.500 perkilogramnya. 

Komoditas lain yang mengalami penurunan seperti daging ayam boiler, bawang putih, dan ikan tongkol. Untuk harga komiditi lainnya masih tergolong normal.

TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota di Bali secara konsisten melakukan pengendalian inflasi melalui kerangka 4K antara lain: 

Intensifikasi penyelenggaraan operasi pasar murah untuk menjaga stabilitas harga dan pemantauan harga dengan koordinasi antar Lembaga

Pemberian subsidi ongkos angkut khususnya dalam kegiatan operasi pasar

Perluasan ekosisistem agribisnis komoditas hortikultura melalui kemitraan Close Loop

Mendorong peran Perumda Pangan se-Bali dan Distributor dalam menjaga ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga pangan

Memperluas dan meningkatkan Kerja sama Antar Daerah (KAD) dan mempercepat rencana pembentukan pasar induk di Provinsi Bali.(*)

Berita Terkini