Berita Bangli

Kebutuhan Beras Di Bangli Selalu Bertambah Tiap Tahun, Tapi Produksi Tidak Mencukupi

Penulis: Muhammad Fredey Mercury
Editor: Fenty Lilian Ariani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Dinas PKP Bangli, I Wayan Sarma (1)

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Produksi beras di Kabupaten Bangli belum mampu memenuhi kebutuhan untuk masyarakatnya. Alhasil kekurangan produksi beras, dipenuhi dari luar daerah.

Celakanya, harga beras saat ini sedang mengalami kenaikan. 

Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (PKP) Bangli, I Wayan Sarma tidak memungkiri jika Bangli hingga kini masih minus untuk produksi beras.

Kondisi ini disebabkan karena lahan pertanian basah/sawah di Bangli lebih sedikit ketimbang lahan pertanian kering.

"Lahan pertanian di Bangli lebih didominasi pertanian kering, yang cocok untuk menanam hortikultura," ucapnya, Kamis (1/2/2024). 

Sarma tidak serta-merta membenarkan, jika minusnya produksi beras dipengaruhi banyaknya kerusakan saluran irigasi, yang mengakibatkan sawah tidak berproduksi.

Ia menilai hal tersebut ada pengaruhnya, namun tidak terlalu signifikan.

Sebaliknya faktor yang lebih berpengaruh yakni karena pertumbuhan penduduk.

Sehingga banyak lahan pertanian di Bangli yang alih fungsi menjadi bangunan.

"Alhasil produksi beras di Bangli tidak seimbang dengan penambahan jumlah penduduk. Oleh sebab itu setiap tahun kebutuhan beras di Bangli selalu mengalami peningkatan," jelasnya. 

Baca juga: Beras Bulog Langka dan Mahal? Keterbatasan Kemasan Beras SPHP dan Belum Panen Raya


Berdasarkan data lima tahun terakhir, kebutuhan beras di Bangli terus bertambah. Pada tahun 2018 produksi beras Bangli sebanyak 18 ribu ton lebih.

Dengan jumlah penduduk sebanyak 226.200 jiwa, membutuhkan beras sebanyak 22 ribu ton lebih.

Sehingga Bangli mengalami kekurangan sebanyak 3 ribu ton beras.

Sedangkan di tahun 2022 jumlah kekurangan produksi beras tercatat semakin tinggi, yakni mencapai 11 ribu ton lebih.

Sebab dengan 267.133 jiwa, kebutuhan beras mencapai 26 ribu ton lebih.

Sementara produksi beras di Bangli hanya sebanyak 14 ribu ton lebih.

"Untuk data produksi dan kebutuhan beras di tahun 2023 masih proses penghitungan," ucapnya. 

Sarma mengatakan jika kekurangan beras di Bangli, dipenuhi dari produksi beras wilayah lain.

Ia tak memungkiri jika kini harga beras justru cenderung mahal.

Namun ia mengatakan jika kondisi ini terjadi menyeluruh di Indonesia, tidak hanya di Bangli saja.

"Mahalnya beras ini memang pengaruh nasional. Tidak hanya di Bangli saja," kata dia. 

Lantas ditanya mengenai solusi, pihaknya mengaku saat ini sedang melakukan proses verifikasi bantuan pangan nasional. Menurutnya bantuan ini mampu menstabilkan harga beras. 

"Bantuan pangan pemerintah mungkin akan mampu menstabilkan harga beras. Saat ini bantuan pangan sedang diverifikasi datanya. Sehingga bisa segera dicairkan oleh Bulog," tandasnya.(*)

Berita Terkini