TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Tak hanya keluarga merasakan duka mendalam dengan kepergian I Kadek Kartawan (25).
Para guru Se-Bangli juga turut berduka atas meninggalnya guru honorer SD tersebut.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Bangli, Komang Pariarta mengatakan Kadek Karmawan merupakan pegawai di lingkungan Disdikpora Bangli.
Korban merupakan guru olahraga di SDN 3 Susut yang berlokasi di Banjar Penatahan, Desa/Kecamatan Susut.
“Sudah hampir 2 tahun ini menjadi guru honorer di SDN 3 Susut," ujarnya kepada Tribun-Bali.com di rumah duka di Desa Bebalang, Bangli, Senin (12/2/2024) siang.
Dikatakan pula, orangtua Kadek Karmawan juga merupakan keluarga besar Disdikpora Bangli.
Ayahnya merupakan Kepala Sekolah di SDN 3 Bunutin dan ibunya merupakan staf di Bagian Pendidikan Dasar di Disdikpora.
"Kami menyampaikan bela sungkawa, almarhum dan keluarga adalah keluarga besar kami di Dinas Pendidikan. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan," ucap Pariarta.
Kadek Karmawan meninggal dunia setelah mengalami kecelakaan tunggal di jembatan Tukad Cangkir, Jalan Astina Timur, Kabupaten Gianyar.
Kapolsek Gianyar, Kompol I Gede Sudyatmaja, mengungkapkan kecelakaan terjadi sekitar pukul 04.15 Wita.
Baca juga: Jenazah Kadek Karmawan Langsung Dibakar, Sebelum Kecelakaan Izin Megambel dan Melayat ke Bapaknya
Berawal saat korban yang mengendarai motor NMAX DK 3742 PY datang dari arah timur menuju ke barat.
Setibanya di TKP, tepatnya di Jalan Astina Timur atau di Jembatan Tukad Cangkir, tiba-tiba korban tidak bisa menguasai laju kendaraannya.
Saat itu, kendaraannya membentur pembatas jembatan hingga terpental ke barat sekitar 15 meter, dan korban sendiri terlempar ke jurang.
"Informasi kami terima melalui telepon, lalu kami turun ke lokasi, bersama petugas BPBD Gianyar melakukan pencarian korban," ujar Kapolsek.
Korban baru berhasil ditemukan di sungai di bawah jembatan sekitar pukul 08.30 Wita. Saat itu sudah dalam keadaan meninggal dunia.
"Korban kemudian dievakuasi dengan cara ditarik dengan tali ke atas jembatan dan selanjutnya dibawa menggunakan ambulans menuju Rumah Sakit Umum Bangli karena korban berasal dari Desa Bebalang, Bangli," ungkap Kompol Sudyatmaja.
Pihak keluarga langsung melaksanakan upacara mekinsan ring gni (pembakaran) terhadap jenazah Kadek Karmawan pada Senin (12/2/2024) siang di Krematorium Bebalang.
Sedangkan rencana upacara Ngaben akan dilaksanakan pada 19 Februari mendatang.
"Jenazah tidak dibawa pulang ke rumah, tetapi langsung kami laksanakan upacara mekinsan ring gni (dibakar, red) di Krematorium Bebalang," ujar ayah Kadek Karmawan, yakni I Nyoman Rapia, ditemui di rumah duka.
Pantauan Tribun-Bali.com, banyak pelayat yang datang ke rumah duka di Lingkungan Bebalang.
Baik kerabat, krama/masyarakat hingga rekan sesama guru.
Ini dikarenakan Kadek Karmawan merupakan seorang guru Olahraga di SDN 3 Susut.
Pihak keluarga begitu terpukul atas kepergian bungsu dari dua bersaudara ini.
Nyoman Rapia mengungkapkan, pada Minggu (11/2/2024) malam, Kadek Karmawan sempat izin untuk latihan megambel dan dilanjutkan melayat. Sebab ada warga Bebalang yang meninggal dunia.
Setelah menyampaikan hal itu, tidak ada lagi komunikasi. Pihaknya juga tidak tahu secara pasti, apa tujuan anaknya ke Gianyar.
"Saya malam itu menjaga istri, karena sedang dirawat di rumah sakit. Anak saya bilang mau latihan dan medelokan (melayat). Tidak ada bilang mau ke Gianyar. Tapi dengan temannya bilang mau ke Gianyar membeli obat. Obat itu mungkin untuk ibunya karena lagi sakit," ungkapnya.
Diperkirakan Karmawan berangkat ke Gianyar sekitar subuh. Sebab sekitar pukul 01.00 wita, Karmawan diketahui masih berada di lokasi melayat.
Hingga pada keesokan harinya sekitar pukul 07.30 wita, Nyoman Rapia mendapat kabar bahwa anaknya mengalami kecelakaan di wilayah Gianyar. Hanya saja keberadaannya belum ditemukan.
"Saya meminta tolong kerabat agar mencari keberadaannya di rumah sakit. Hingga tak berselang lama saya mendapat kabar jika anak saya ditemukan sudah meninggal dunia. Saat itu saya tidak bisa berkata-kata lagi," ucap pria yang juga Kepala Sekolah SDN 3 Bunutin, Bangli ini.
Nyoman Rapia mengatakan jika sebelum kejadian, dirinya tidak ada firasat apapun. Mengingat anaknya hanya minta izin megambel dan medelokan (melayat).
"Tidak ada hal-hal aneh lainnya, semua seperti biasa," imbuhnya dengan nada pelan.(*)