World Water Forum 2024

NELAYAN Masih Boleh Melaut, Ujung Landasan Bandara Ngurah Rai Jadi Atensi Pengamanan Saat WWF

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengamanan Laut - Pangkoarmada II Laksda TNI Ariyanto Condrowibowo saat cek pasukan saat Apel Kelengkapan Satgasla PAM VVIP KTT WWF ke-10 Tahun 2024 di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Jumat (17/5).

TRIBUN-BALI.COM -  Dalam rangka pengamanan perairan Pulau Bali, selama penyelenggaraan World Water Forum (WWF) ke-10, TNI AL membentuk Satuan Tugas Laut (Satgasla).

Untuk melihat kesiapan baik personel maupun alutsista, digelar Apel Kelengkapan Satgasla PAM VVIP KTT WWF ke-10 pada Jumat (17/5) di Dermaga Timur Pelabuhan Benoa.

Pangkoarmada II Laksda TNI Ariyanto Condrowibowo yang juga sebagai Dansatgasla mengatakan, TNI AL melaksanakan pengamanan laut akan mengcover seluruh perairan Bali untuk merespons segala kedaruratan, terutama yang mengarah pada gangguan dan ancaman terhadap pelaksanaan WWF ke-10.

"TNI Angkatan Laut siap mengamankan wilayah Perairan Bali dari aspek laut, terhadap segala ancaman keamanan yang dapat mengganggu pelaksanaan KTT WWF ke-10," tegas Laksda TNI Ariyanto.

Sebanyak tiga ribu prajurit TNI AL tergabung dalam Satgasla KTT WWF 2024, terdiri dari staf Satgas, anak buah kapal (ABK) KRI, kru helikopter, Kopaska, penyelam, tim kesehatan, hingga personel Lantamal dan Lanal.

Baca juga: Karangasem Dapat Limpahan dari World Water Forum, Tingkat Hunian Hotel Naik 20 Persen

Baca juga: Operasional Bandara Ngurah Rai 24 Jam Selama Pelaksanaan World Water Forum ke-10

Sebanyak 11 Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) telah tiba dan bersandar di Dermaga Pelabuhan Benoa, Denpasar, untuk mendukung pengamanan dari sektor perairan dalam penyelenggaraan World Water Forum (WWF) ke-10 di Nusa Dua, Badung. (ISTIMEWA)

"Kami mengerahkan tujuh KRI, di antaranya KRI I Gusti Ngurah Rai-332, KRI Raden Eddy Martadinata-331, KRI Ahmad Yani-351, KRI Sultan Hasanuddin-366, KRI Layang-635, KRI Marlin-877 dan KRI dr Radjiman Wedyodiningrat-992 sebagai kapal markas unsur Satgasla, serta unsur lainnya, seperti sea rider, LCU, hingga dua helikopter, yakni Heli HS-1308, dan HS-1311," jelasnya.

Selain kapal perang, juga dikerahkan salah satu KRI mutakhir yang dimiliki TNI AL yang sanggup menangani emergensi medis yaitu KRI dr Radjiman Wedyodiningrat-992 yang merupakan kapal bantu Rumah Sakit, setara Rumah Sakit Tipe B.

Dengan peralatan medis yang memadai dan dibantu oleh 19 tenaga kesehatan terdiri dari dokter spesialis dan tenaga medis, kapal ini dapat menangani jika ada delegasi WWF atau personel pengamanan yang sakit atau memerlukan penanganan medis.

"Saya membawa tim kesehatan yang cukup lengkap, ada beberapa dokter spesialis mulai dari spesialis jantung, anastesi, bedah dan lain sebagainya. Termasuk juga tenaga kesehatan atau paramedisnya," imbuh Laksda TNI Ariyanto.

Untuk pasien rawat inap di KRI dr Radjiman dapat menampung 90 pasien yang terbagi dengan bed kompartemen laki-laki dan perempuan.

Persenjataan maupun sensor KRI dalam keadaan siap terutama KRI yang diproyeksikan sebagai unsur escort maupun unsur escape laut.

Unsur-unsur Satgasla selain sebagai unsur SAR, evakuasi VVIP, evakuasi medis, juga ditugaskan untuk menutup peluang penyusupan ancaman keamanan yang datang dari dan lewat laut.

Pengamanan Laut - Pangkoarmada II Laksda TNI Ariyanto Condrowibowo saat cek pasukan saat Apel Kelengkapan Satgasla PAM VVIP KTT WWF ke-10 Tahun 2024 di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Jumat (17/5). (Zaenal - Tribun Bali)

Selain KRI, Satgasla juga mengerahkan armada tercanggihnya, yaitu helikopter untuk menangani evakuasi udara.

Disinggung apakah nelayan di perairan Bali dapat tetap melaut seperti biasa, Laksda TNI Ariyanto mengatakan, diperbolehkan berkegiatan seperti biasa.

“Nelayan berkegiatan sehari-hari silakan, bahkan kita mengharapkan informasi yang bisa didapatkan dari para nelayan. Karena bagaimanapun juga kita yang hidup di laut ini harus saling berkoordinasi dan bekerjasama," paparnya.

"Oleh karena itu, harapan kami kalau ada informasi sedikit apapun dari nelayan yang sedang melaut mohon disampaikan kepada kami. Karena itu sangat berharga bagi kami kemudian apa yang akan terjadi kemungkinannya apa saja kita tahu. Jadi tidak ada larangan untuk melaut silakan melaut. Sejauh ini Insya Allah aman-aman saja.

Namun kita tidak boleh lengah. Kalau kita terlena dengan aman-aman saja, ya tidak perlu ada Satgas," paparnya.

Mengenai potensi ancaman seperti apa yang ada di laut terhadap penyelenggaraan WWF ke-10, Laksda TNI Ariyanto enggan banyak mengungkapkan potensi apa saja yang menjadi ancaman.

"Beberapa ancaman yang kemungkinan menjadi potensi sudah kita mitigasi tadi di dalam Tactical Floor Game (TFG). Kalau saya sebutkan (potensi ancamannya) terlalu vulgar. Tetapi intinya apapun itu ancaman menggunakan laut sebagai sarananya akan kita antisipasi sebaik-baiknya,” imbuhnya.

Ia mencontohkan, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai ujung landasannya berkaitan dengan air dan laut. “Makanya kita jaga di sana ada satuan-satuan kita melekat di runway dari aspek laut. Dalam rangka pengamanan ada tujuh KRI tapi kalau perlu penebalan kita akan geser KRI dari sektor lain,” pungkasnya. (zae)

 

Berita Terkini