Namun upacara itu bukan berarti memuja kendaraan tersebut.
Melainkan memohon kepada Sang Hyang Pasupati agar memberikan kekuatan sehingga alat tersebut bisa berguna dengan baik.
"Prinsifnya penajaman cita, budi dan manah. Memilah, memilih mana yang baik dan buruk," katanya.
Terkait persembahan, menggunakan banten pasupati.
Selain itu, juga semampu dan seiklas umat.
Sementara itu, dalam Lontar Sundarigama terdapat kutipan terkait Tumpek Landep sebagai berikut.
Kunang ring wara Landep, Saniscara Kliwon, puja wali Bhatara Siwa, mwah yoganira Sanghyang Paceupati, puja wali Bhatara Siwa tumpeng putih kuning adan-adanan, iwak sata sarupania, grih trasibang, sedah wah, haturakna ring sanggar.
Yoga Sanghyang Sri Pasupati, sesastra jayeng prang, sesayut kusuma yudha, suci, daksina, peras, canang wangi-wangi, astawakna ring sarwa sanjata, lendepaning prang.
Kalingania ring wwang, denia paceupati, landeping idep, samangkana talaksanakna kang japamantra wisesa Paceupati"
Artinya:
Tumpek Landep dirayakan saat Saniscara atau Sabtu Kliwon Landep.
Saat ini adalah pemujaan kepada Bhatara Siwa dan saat beryoganya Sang Hyang Pasupati.
Banten yang digunakan untuk memuja Bhatara Siwa meliputi tumpeng putih selengkapnya, lauknya ayam sebulu-bulu, grih trasibang (ikan asin dan terasi merah), sedali woh dan dihaturkan di Sanggar Pamujan (tempat pemujaan).
Kemudian banten pemujaan Sang Hyang Pasupati meliputi sesayut jayeng prang, sesayut kusuma yudha, suci, daksina, peras, canang wangi-wangi yang dihaturkan pada jenis senjata sehingga bertuah.
Makna dari Tumpek Landep ini ialah untuk menajamkan pikiran, sehingga lakukanlah pemujaan untuk mendapatkan anugerah Sang Hyang Pasupati.
(*)