Kepolisian pun melakukan rekonstruksi (reka adegan) untuk mengungkap kebenaran dugaan tersebut namun proses rekonstruksi tiba-tiba batal.
"Terkait pembunuhan tadi rencana rekonstruksi (batal,-Red), untuk dipelajari apakah Sugiyati itu sebagai pelaku, atau dia hanya sekedar melakukan penganiayaan," jelasnya.
Sukadi menyebut batalnya rekonstruksi lantaran terlalu banyak awak media di tempat kejadian perkara (TKP) dan dianggap mengganggu jalannya proses rekonstruksi.
Sementara itu, jenazah korban Widhiasa juga sudah dilakukan autopsi di Rumah Sakit Umum Pusat Prof IGNG Ngoerah, tinggal menunggu hasil.
Situasi di depan kamar korban juga terpasang garis polisi.
Berdasarkan informasi yang dihimpun di lokasi, sempat ada cekcok dari pasangan ini.
Korban yang karib disapa Komang itu ditemukan tergantung kain gorden pada bagian leher tepatnya di ruang tamu sebelah pintu kamar tidur.
Sulastri (42) yang merupakan kakak dari Sugiyati menuturkan adiknya sudah menjalin hubungan dengan korban selama 14 tahun dan tinggal bersama di kos nomor 2 tersebut.
Diduga ada persoalan, ia menuturkan ada perselisihan antara pasangan tersebut hingga terjadi cekcok pada Kamis 18 Juli 2024.
Komang diduga chatting dengan wanita lain yang diduga menyulut pertengkaran keduanya.
Korban juga ditemukan dalam kondisi mabuk. Dan Sugiyati dari dalam kamar menemukan korban sudah dalam kondisi pingsan dengan leher tergantung kain dan tali gorden.
"Komang katanya sering bercanda begitu kalau bertengkar, kadang dia gantungkan leher ke tali biar iba adik saya. Waktu ditemukan pingsan (Dalam posisi tergantung,-Red) yang motong tali adik saya," bebernya.
Sugiyati pun meminta bantuan kepada tetangga kos. Lalu Widhiasa dilarikan ke Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar. Lalu pacarnya dikabarkan telah menghembuskan napas terakhir membuat Sugiyati shock.
Sugiyati pula yang menanggung biaya rumah sakit sang kekasih, mendengar kabar itu, Sulastri yang berada di Banyuwangi juga mengaku shock saat itu dan langsung bergegas ke Bali naik ojek.
"Dari Banyuwangi langsung ke sini, saya naik ojek sendiri delapan jam, saya kasian denganadik saya, takut depresi dan sakit," ujarnya.