TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali, membeberkan data kasus demam berdarah dengue (DBD) di Bali sejak Januari sampai per 30 November 2024. Tercatat sebanyak 14.881 kasus dengan 16 kematian.
Berdasarkan data yang dirilis, Kabupaten Gianyar menjadi wilayah dengan jumlah kasus terbanyak, yaitu 4.402 kasus dan 4 kematian.
Disusul Kabupaten Badung dengan 2.255 kasus dan 1 kematian. Kabupaten Tabanan melaporkan 1.492 kasus dengan 2 kematian, sementara Kabupaten Klungkung mencatatkan 1.222 kasus dan 3 kematian.
Selanjutnya, Kabupaten Bangli memiliki 1.210 kasus dan 1 kematian, sedangkan Kabupaten Karangasem mencatatkan 974 kasus dengan 1 kematian.
Buleleng melaporkan 1.770 kasus tanpa adanya kematian, sementara Kota Denpasar mencatatkan 1.247 kasus dengan 4 kematian.
Kabupaten Jembrana melaporkan 309 kasus tanpa kematian. Secara keseluruhan, jumlah kasus DBD di Bali berjumlah 14.881 dengan 16 kematian. Tingkat insiden (IR) DBD di Bali per 100.000 penduduk adalah 305,201.
Baca juga: MAYAT Bayi & Surat Wasiat Sang Ibu, Maafkan Mamak Sayang Tidak Bisa Menguburkan dengan Layak
Baca juga: TRAGEDI Maut Monkey Forest Jadi Atensi Dispar Bali, Tjok Pemayun Minta Ini ke Pengelola Wisata Alam
Mengantisipasi penyebaran lebih lanjut, Kepala Dinkes Provinsi Bali, I Nyoman Gede Anom, meminta seluruh Kepala Dinkes Kabupaten/Kota se-Bali untuk segera melaksanakan langkah-langkah pencegahan terkait peningkatan kasus DBD, terutama di awal musim hujan ini.
Dalam rilisnya, Anom mengimbau untuk melakukan penggerakan masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui kegiatan 3M Plus, yang meliputi menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat-tempat penampungan air yang dapat menjadi sarang nyamuk.
"Untuk mencegah penyebaran DBD, kami mengimbau masyarakat agar aktif melakukan 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air yang rapat, mendaur ulang barang bekas yang bisa menampung air, dan menggunakan cara lain seperti repellent anti-nyamuk serta memperbaiki saluran air yang tersumbat," kata Anom pada, Rabu 11 Desember 2024.
Selain itu, Anom juga menekankan pentingnya peran serta masyarakat dalam mengimplementasikan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J), yang mengharuskan setiap rumah memiliki Juru Pemantau Jentik (Jumantik) untuk memastikan tidak ada jentik di tempat tinggal mereka.
"Pengawasan di tingkat rumah tangga sangat penting. Setiap rumah harus memiliki Jumantik yang bertugas untuk memantau dan memastikan tidak ada jentik nyamuk di rumah masing-masing," kata Anom.
Dinkes Bali juga terus melakukan penyuluhan kepada masyarakat, mengenai pencegahan DBD dan mengenali tanda-tanda bahaya penyakit tersebut, sehingga jika ada gejala, pasien bisa segera dirujuk.
Dalam upaya respon cepat, Anom menyatakan bahwa fasilitas kesehatan (fasyankes) yang merawat pasien DBD harus segera melaporkan kasus dalam waktu tiga jam dan melakukan penyelidikan epidemiologi dalam 1 x 24 jam.
"Dinas Kesehatan akan terus berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mengantisipasi peningkatan kasus DBD, dan memastikan bahwa seluruh kegiatan pencegahan dapat berjalan efektif," tambahnya.
Dengan adanya langkah-langkah tersebut, Dinkes Bali berharap partisipasi aktif masyarakat dan dukungan dari berbagai pihak dapat membantu menanggulangi penyebaran DBD di Bali, mengingat pentingnya kesadaran dan kepedulian bersama dalam menjaga kesehatan lingkungan.
Australia Warning DBD di Bali
Melalui laman news.com.au Pemerintah Australia mengimbau masyarakatnya, untuk waspada terhadap wabah demam berdarah dengue (DBD) di Bali selama musim hujan.
Laporan tersebut menyebutkan sebagian besar wilayah Australia, tidak memiliki nyamuk yang dapat menyebarkan virus dengue, namun kasus DBD telah tercatat pada warga yang melakukan perjalanan ke luar negeri, termasuk Bali.
Peringatan tersebut muncul setelah negara bagian Queensland melaporkan 29 kasus DBD bulan lalu, sementara Australia Selatan dan Victoria juga mencatat peningkatan kasus pada orang yang kembali dari Indonesia. Di Victoria, tercatat 12 kasus yang diperoleh di luar negeri pada November 2024.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun, memastikan bahwa kondisi Bali tetap aman bagi wisatawan.
Ia menekankan, bahwa Pemprov Bali telah melakukan berbagai upaya penanggulangan DBD dan menjaga kepercayaan wisatawan, termasuk dari Australia.
"Pemprov sih sudah koordinasi ya, memang ini karena pancaroba saja. Puncaknya kemarin antara April-Mei. Kalau sekarang tidak begitu banyak," kata Tjok Bagus, Rabu 11 Desember 2024.
Ia juga mengimbau kepada seluruh pengelola objek wisata di Bali, untuk menyampaikan informasi terkini kepada mitra mereka di luar negeri mengenai kondisi kesehatan dan langkah penanganan yang telah dilakukan oleh pemerintah.
"Ada karena perubahan udara awal ini, tentu kita mengimbau seluruh pengelola obyek wisata mengimbau kepada partnernya di luar negeri untuk menyampaikan ini loh kondisi Bali. Karena kita di luar negeri kan ini cuaca loh sekarang, udah dingin, ini anak-anak lagi sakit, apa yang ada harus diatasi," jelasnya.
Menurut Tjok Bagus, hubungan erat antara Bali dan Australia membuat wisatawan dari negara tersebut memahami situasi di Bali. Bahkan, jumlah kunjungan wisatawan Australia terus meningkat, menunjukkan kepercayaan mereka terhadap Bali sebagai destinasi wisata.
"Saya yakin, Australia tahu betul kondisi kita di Bali. Saya yakin tahu betul lah, karena Bali sebagai second home-nya Australia. Wisatawan Australia tetap nomor satu, bahkan meningkat terus. Sampai satu juta lebih, bahkan lebih dari tahun 2019," katanya.
Ketika ditanya mengenai keamanan Bali untuk wisatawan, Tjok Bagus menegaskan Bali aman dikunjungi. “Aman, masih aman,” tegasnya. (*)