bisnis

BUNGA KPR Masih Tinggi! Tren Take Over Nasabah Bisa Naik, Realisasi KPR Subsidi Tembus 61.531 Unit

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

RUMAH SUBSIDI - Badan Pengelola Tabungan Perumahan (BP Tapera), mencatat realisasi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi sepanjang tahun berjalan hingga 21 Februari 2025 mencapai 61.531 unit.

TRIBUN-BALI.COM  - Badan Pengelola Tabungan Perumahan (BP Tapera), mencatat realisasi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi sepanjang tahun berjalan hingga 21 Februari 2025 mencapai 61.531 unit.

Komisioner BP Tapera, Heru Pudyo Nugroho menyebutkan, sejak tahun 2022 hingga 2024 pihaknya telah menyalurkan dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) untuk 655.300 unit senilai Rp 76,04 triliun.

Sedangkan untuk rumah subsidi yang dibiayai dari dana Tapera sejak tahun 2021 – 2024 sebanyak 19.267 unit senilai Rp 3,02 triliun.

“Terhitung 1 januari – 21 Februari 2025 realisasi KPR subsidi mencapai 61.531 unit rumah subsidi. Terdiri dari 54.976 unit rumah subsidi dalam proses pembangunan hingga akad dan 6.555 unit rumah subsidi realisasi KPR FLPP,” ujarnya melalui keterangan resmi, beberapa hari lalu.

Baca juga: ALASAN PPPK di Klungkung Dilantik Tahun Depan, Calon Merasa Kecewa Dengar Kabar Mendadak Ini

Baca juga: KOSTER Tegaskan Proyek Tol Mengwi-Gilimanuk Bakal Tetap Jalan! Kini Fokus Perda Nominee Dulu

Sementara itu, lanjut Heru, sejak Presiden Prabowo mencanangkan program 3 juta rumah, capaian kinerja realisasi KPR Subsidi terhitung pada 20 Oktober 2024 hingga 21 Februari 2025, telah mencapai 111.193 unit.

Menurutnya, angka ini terbagi menjadi 68.834 unit berdasarkan data proses pembangunan hingga akad dan 42.359 unit sebagai realisasi penyaluran KPR Subsidi. 

“Ke depan jika pemerintah mengeluarkan Surat Berharga Negara (SBN), untuk perumahan di luar APBN, maka penyaluran dana FLPP tahun 2025 ini bisa lebih banyak dibandingkan target sebelumnya sebesar 220 ribu unit. Ini bukti nyata dukungan pemerintah untuk program 3 juta rumah,” ungkapnya.

Sementara itu, dalam enam bulan terakhir, Bank Indonesia (BI) telah menurunkan bunga acuan sebanyak 50 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen. Sayangnya, mayoritas bank belum banyak menurunkan bunga kredit, terutama di segmen KPR.  

Kondisi tersebut tampaknya berpotensi adanya perebutan nasabah existing yang telah memiliki KPR. Di mana, itu bisa menjadikan tren take over KPR dari satu bank ke bank lainnya marak terjadi.

VP Mortgage Product Development Bank Mandiri, Ruby Indra, mengamini bahwa tren tersebut memang berpotensi terjadi. Ia bilang Bank Mandiri juga cukup banyak menerima pindahan nasabah KPR dari bank lain.

Sepanjang 2024, Ruby mengatakan setidaknya ada nilai take over nasabah dari bank lain ke Bank Mandiri sekitar Rp 3 triliun. Tanpa menyebutkan angka pastinya, ia bilang angka tersebut ada kenaikan dari tahun sebelumnya.

Meski demikian, ia bilang bahwa memang tak mudah bagi nasabah untuk melakukan take over. Menurutnya, bank asal biasanya melakukan retensi bagi nasabah-nasabah yang memang pembayarannya lancar.

“Apalagi biasanya ada penalti berkisar antara 2 persen sampai 5 persen, tapi ada juga yang sampai 10 persen,” ujar Ruby, belum lama ini.

 

Ilustrasi rumah - Badan Pengelola Tabungan Perumahan (BP Tapera), mencatat realisasi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi sepanjang tahun berjalan hingga 21 Februari 2025 mencapai 61.531 unit. (freepik)

Lebih lanjut, Ruby bilang tiap-tiap nasabah tentu selalu mempertimbangkan untung dan ruginya jika melakukan take over.

Itu tergantung dari komponen biaya yang harus dibayar, baik untuk pelunasan maupun pengajuan baru. “Bila masuk floating tapi tidak ada retensi, keputusan untuk take over mungkin bisa lebih menguntungkan,” tambahnya.

Ia menambahkan, Bank Mandiri sendiri berupaya transparan kepada nasabah dan memberikan yang terbaik, utamanya untuk nasabah yang berasal dari ekosistem wholesale banking Bank Mandiri. (kontan)

Pilih Produk Paling Menguntungkan

Tren take over KPR diperkirakan masih akan berlanjut seiring perbedaan suku bunga di berbagai bank. Nasabah yang cermat dalam menghitung biaya dan manfaat dapat memanfaatkan kondisi ini untuk mendapatkan skema pembiayaan yang lebih menguntungkan.

Executive Vice President (EVP) Consumer Loan BCA, Welly Yandoko, bilang pada dasarnya konsumen akan mencari produk yang paling menguntungkan, termasuk ketika memilih KPR.  

Menurutnya, banyak bahan pertimbangan yang dijadikan acuan dalam menentukan pilihan, salah satunya adalah suku bunga. 

Ia bilang penawaran suku bunga yang rendah dari bank-bank tentu akan menarik konsumen, baik yang belum punya KPR maupun yang sudah punya KPR untuk memindahkan fasilitas KPR-nya ke bank lain.

“Sejauh ini KPR BCA belum agresif di bidang take over, jadi secara data kami belum fokus melakukan pendataan,” ujarnya.

Dalam ajang Expoversary lalu, BCA menawarkan bunga KPR sebesar 2,65 persen tetap selama tiga tahun, yang menarik perhatian calon debitur maupun mereka yang ingin memindahkan KPR mereka.

Welly mengungkapkan bahwa saat ini BCA belum agresif dalam strategi take over KPR. “Sejauh ini, KPR BCA belum fokus melakukan pendataan terkait take over,” ujarnya.

Sepanjang 2024, BCA telah menyalurkan KPR senilai Rp 44,8 triliun, meningkat 9,5 persen secara tahunan. Bank ini juga mencatat pembayaran piutang KPR dari debitur atau run off sebesar Rp 31,3 triliun, naik 11 persen secara tahunan.

Dengan demikian, total outstanding KPR BCA pada akhir 2024 mencapai Rp 135,5 triliun, meningkat 11,2 persen dibanding tahun sebelumnya. (kontan)

Berita Terkini