TRIBUN-BALI.COM - Budaya Bali menjadi dasar dari daya tarik pariwisata selama ini. Tidak dipungkiri jika alam Bali, masih bisa tersaingi oleh alam-alam daerah lain.
Maka dari itu, budaya harus tetap ajeg dan terjaga, sehingga pariwisata Bali yang notabene adalah lokomotif perekonomian Pulau Dewata tetap ada sampai anak cucu kelak.
Bagian dari budaya itu, adalah seni, agama, dan juga pertanian (alam semesta). Sehingga baik orang Bali maupun non Bali, khususnya yang berada di Bali harus menjaga ini semua.
Selain menjaga, pengembangan juga diperlukan dalam memperkuat perekonomian di basis pariwisata. Sehingga meminimalisir alih fungsi lahan pertanian, dan menjaga para petani agar tetap memiliki area untuk bekerja.
Baca juga: DAMPAK Efisiensi Anggaran, Pejabat Bali Mulai Kurangi Meeting di Hotel, Ada PHK Pekerja Pariwisata?
Baca juga: Bupati Klungkung Made Satria Minta Desa Wajib Dukung Kegiatan PKK dan Posyandu
Untuk itulah hadir PT Dharma Esa Wastu Agung atau dengan nama beken PT Dewa. Menurut I Ketut Budisanta, Presiden Direktur PT Dewa, tujuan utama adalah membantu mendukung program pemerintah.
"PT Dewa ini mendukung program pemerintah, yang fokusnya pada ketahanan pangan, pertanian, pendidikan, kesehatan, infrastruktur. Di mana itu adalah suatu kesatuan yang harus terintegrasi dalam mencapai kemakmuran masyarakat dan meningkatkan SDM," jelasnya, 14 Maret 2025 di Badung.
Sehingga dalam perjalanannya, koordinasi dengan pemerintah baik di Bali dan Indonesia sangat penting. PT Dewa adalah PMA, alias penanaman modal asing. Modal-modal ini didapat dari kerjasama dengan berbagai investor di mancanegara, seperti Amerika, China, Eropa, hingga Asia.
"Dalam pemerintahan Presiden Prabowo ini, mencanangkan kemakmuran, kesejahteraan, stabilitas. Sehingga kami ingin memberikan sumbangsih, dalam program itu khususnya di Bali. Yaitu dengan pengembangan budaya sebagai basis daya tarik pariwisata, salah satunya bagian budaya adalah pertanian," sebutnya.
Pariwisata sebagai lokomitif ekonomi Bali, bertumpu pada budaya. Sehingga budaya Bali harus dipertahankan dalam menjaga pariwisata dan ekonomi Bali tetap stabil.
Budaya Bali juga menyangkut pertanian, rakyat, dan sudah menjadi warisan leluhur sejak dahulu kala. Seperti adanya subak, sistem pertanian yang terintegrasi dengan baik. "Bali ini sudah lengkap, apa saja ada. Baik itu pertanian dan alamnya lengkap semua," katanya.
Termasuk khas masing-masing pertanian di wilayah Bali, terbagi dengan apik. Bangli berbeda dengan Karangasem, begitu juga daerah lainnya. Kekhasan ini yang perlu dikembangkan dan dipertahankan ke depan dalam bentuk dukungan baik moril dan materiil.
"Contohnya misalnya pertanian, jadi subak kita berikan suatu sumbangsih dan perkembangan dari hulu ke hilir. Semisal dari hulu tetap ada pendampingan, pemberian bantuan, pelatihan, khususnya kita mempunyai keinginan bagaimana generasi muda Bali pelan-pelan mau mencintai pertanian dan menjadi petani," jelasnya.
Mengubah mindset anak muda menjadi petani pun, kata dia, tidak mudah. Perlu terobosan pertanian berbasis teknologi inovatif, sehingga para generasi muda melihatnya sebagai peluang di masa depan.
Kemudian untuk hilir, PT Dewa akan menciptakan pasar, seperti ekspor keluar negeri dan dalam negeri. Sehingga menjawab kebutuhan program pemerintah, seperti makan gratis dengan sumber bahan baku yang baik di dalam negeri.
"Di satu sisi kami punya landasan, kita pikirkan managemen dan pasar serta sumber daya manusia, teknologi dan sumber dana yang cukup dalam bidang itu," sebutnya. Satu sisi pasar sesuai teknologi, dengan mencoba digital marketing.
Unsur pertanian yang penting dalam ketahanan pangan, khususnya di Bali yang dapat dikembangkan secara luas adalah beras, jagung dan beralih ke produk organik yang menyehatkan.
Investasi dengan menggandeng petani, peternak, nelayan sesuai dengan impian PT Dewa dan membangun program kemitraan bersama mereka. "Jadi sifatnya kerjasama dengan kami, dan nanti jika sudah berhasil ada bagi hasil. Tapi intinya kami membantu petani," sebutnya.
Bantuan nyata seperti bantuan pupuk, bibit, pemasaran dan lain sebagainya. Termasuk bagaimana cara petani mengakses dan berkomunikasi, lewat pemerintah daerah sebagai patner PT Dewa. "Setelah Lebaran ini harapan kami sudah ada beberapa rekanan yang masuk," imbuhnya.
Target 2025, minimal 10 persen proggres PT Dewa sudah berjalan. Dana lunak ini diharapkan membantu tanpa membebani para petani atau rekanan. Untuk wilayah bidikan awal, adalah daerah Tabanan, Singaraja, dan Negara karena fokus awal di pangan dan pertanian.
"Kriteria khusus memang ada, seperti apakah daerah itu potensial, lalu ada evaluasi dan survei PT Dewa untuk itu. Jadi kami akan menyasar seperti subak, sehingga lebih banyak yang dapat dijangkau," imbuhnya, seraya mengatakan tidak berorientasi profit.
Sebab untuk kerjasama yang lebih ke arah profit, akan digeber di bidang pembangunan seperti pembiayaan pada infrastruktur, properti dan lain sebagainya. Pendidikan dan pelatihan pun juga menjadi konsen PT Dewa. Termasuk bidang kesehatan. (*)