Namun ironisnya, menurutnya sampai saat ini tidak ada satu pun program untuk mengatasi fenomena sosial ini dari pemerintah daerah.
GPS juga menyoroti masalah tertinggi bunuh diri di Bali adalah masalah ekonomi dan masalah asmara, menyusul masalah sakit berkepanjangan dan konflik sosial akibat di lingkungan, tempat kerja ataupun masalah dalam keluarga.
"Pemerintah harus memiliki program nyata untuk menurunkan angka bundir agar jangan lagi Bali memegang rekor tertinggi secara nasional. Apalagi alasan tertinggi adalah faktor ekonomi," katanya.
Terkait soal ekonomi, baginya solusinya hanya lapangan kerja dan keterampilan kerja.
Untuk masalah asmara, bisa dibuatkan program lewat sekolah atau lembaga konseling.
"Dulu saya pernah mendengar ada program Kisara. Kita Sayang Remaja, tetapi sepertinya sudah tidak terdengar lagi," paparnya. (*)
Kumpulan Artikel Bali