TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR — Sebagian besar penduduk usia muda di Indonesia terkena anemia atau kekurangan darah.
Hal tersebut pun menjadi perhatian program cek kesehatan gratis.
Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi dan Aparatur Kemenko Polhukam, Eko Dono Indarto menjelaskan sebanyak 14 persen usia muda terjangkit anemia akibat kekurangan darah.
“Dari pantauan kami presentase yang masih terjadi adalah anemia di daerah kita hampir 14 persen, ini jadi perhatian.
Baca juga: Masyarakat Pemuteran Buleleng Minta Kasus Bukit Ser Segera Ada Kepastian Hukum
Salah satu yang kita lihat kenapa di usia-usia muda ini banyak sekali mengalami kesehatan-kesehatan yang tidak prima,” jelasnya ketika ditemui di Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) anak sekolah di SMKN 2 Denpasar pada, Rabu 13 Agustus 2025
Anemia pada usia muda disebabkan karena gaya hidup, oleh karena itu ia pun mengharapkan khususnya kepada siswa-siswi agar memperbaiki pola hidup dan gaya hidup.
Baca juga: Ratusan Anggota Polda Bali Tes Urine, HP Dicek Propam Cegah Keterlibatan Narkotika dan Judi Online
“Di era teknologi sekarang ini, sering kita denger mager (malas gerak). Kemudian suka makanan instan, maunya serba cepat, dan yang dipilih maunya yang junk food saja. Ini tolong dihindari,” bebernya.
Ia mengatakan pentingnya menjaga kesehatan anak-anak untuk mencapai generasi emas di Tahun 2045. Kini, lanjutnya banyak sekali informasi digital baik dunia pendidikan maupun kesehatan masih menjadi DFK (disinformasi, fitnah, dan ujaran kebencian). Seperti contohnya pada kesehatan, menurutnya masyarakat saat ini cenderung mencari cara berobat dimedsos sehingga membuat tambah sakit bukannya sembuh.
“Kami bicara kesehatan dari sisi teknologinya ada yang namanya narkolema, narkotika lewat mata. Narkotika lewat mata ini kita kebanyakan kecanduan gadget lebih berbahaya daripada kita mengonsumsi narkotika, tapi bukan berarti narkotika boleh enggak loh ya. itu lebih berbahaya, bayangkan saja kecanduan gadget dipanggil orangtua saja tidak noleh. Ada suatu konten tidak diverifikasi dulu tidak kita kontrol kebenaran langsung dikutip, ini tidak boleh terjadi,” tandasnya.
Bahkan, ia menilai kehadiran AI di masa sekarang tak baik untuk anak-anak. Dono mengambil contoh seperti kasus di Amerika terdapat anak berusia 14 tahun yang berpacaran dengan AI.
“Kejadian di Amerika anak 14 tahun kecanduan gadget dia cenderung jadi anak introvert, tidak punya temen di luar, pacarannya di AI, masa AI pacaran. Ujungnya semua masalahnya diadukan ke AI. Sampai titik tertentu AI nya diajak ketemuan, dan mau ujungnya anak ini bunuh diri, ini realita. Jadi narkolema lebih berat ya jadi kami mohon pada anak-anak ayo tatap masa depan lebih baik lagi,” tutupnya.