TRIBUN-BALI.COM - Pelinggih milik keluarga Nyoman Purna warga Banjar Babakan, Desa/Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Bali tumbang akibat layangan. Total ada tiga pelinggih yang terdampak, namun paling parah terjadi pada Pelinggih Taksu, karena sampai jatuh ke lantai dan tak bisa dipergunakan lagi.
Kerugian akibat kejadian tersebut belum bisa ditafsir. Namun diperkirakan cukup besar. Sebab, selain harus membuat Pelinggih Taksu yang baru, juga harus melakukan berbagai rangkaian upacara sesuai keyakinan Hindu Bali.
Nyoman Purna saat ditemui di rumahnya, Rabu (13/8) memaparkan bahwa kejadian terjadi Selasa, (12/8) sekitar pukul 11.30 Wita. Saat itu dirinya sedang mengasuh cucu di areal rumah. Lalu ada yang mengatakan ada layangan jatuh di bangunan barat laut rumahnya.
Baca juga: 4.700 Teba Modern, Pemkot Siapkan Rp5 Miliar Hasil Efisiensi, Adi Arnawa Dipanggil Tangani sampah
Baca juga: PERTAMINA: Tak Punya Wewenang Awasi Sub Pangkalan, Disperindag Denpasar Rakor Bahas LPG 3 Kg Langka!
"Selasa kemarin sekitar pukul 11.30 Wita, pas saya sedang di rumah mengasuh cucu. Lalu ada teman saya, katanya ada layangan di bangunan kaja kauh (barat laut, -red)," ujarnya.
Melihat hal tersebut, Purna pun hendak mengambil. Namun saat itu talinya kencang. Setelah tali berhasil di lepas, tali tersebut lantas mental ke arah timur. "Talinya terlalu 'kenyat' lalu saya lepas, lalu mental ke timur. Saat itu masih saya santai, menaruh layangan. Belum tahu pelinggih saya jatuh," ujarnya.
Purna baru mengetahui pelinggihnya jatuh saat ia melintas di depan merajan/sanggah. "Lalu saya lewat ke timur (depan merajan), lihat sanggah, tahu-tahu sanggah saya sudah di bawah dan ada yang miring," ujarnya.
Adapun sanggah yang jatuh ke lantai tersebut berupa Pelinggih Taksu, sementara dua lagi, yakni Pelinggih Priangan dan Gedong hanya miring.
Dua bangunan suci yang miring tersebut telah dikembalikan ke posisi semula. "Layangan tidak besar, tapi talinya yang besar. Kemungkinan saat layangannya jatuh, talinya tersangkut di pelinggih lalu ditarik-tarik sampai pelinggih jatuh," ungkapnya.
Setelah mengetahui pelinggihnya rusak. Pihaknya pun mencari jalur tali layangan tersebut untuk menemukan rumah pelaku. Namun dirinya tidak menemukan asal tali itu. "Waktu itu, saya ikuti arah talinya. Tapi sudah hilang," ujarnya.
Tak kehabisan akal, Purna pun menahan layangan itu. Biasanya saat ada layangan jatuh, pemiliknya akan mencari.
Tak butuh waktu lama, sejumlah anak-anak pun mendatangi rumahnya untuk mencari layangan yang jatuh tersebut. Namun dari anak-anak itu tak satupun dari mereka adalah pemilik layangan.
"Layangan ditahan supaya dicari. Lalu ada anak-anak ke sini. Lalu dibilang yang punya layangan adalah si anu. Setelah itu, anak saya mencari ke rumahnya," paparnya.
Wayan Adi Purnawan (28) selaku anak Purna mengatakan, pasca-dicari ke rumah pemilik layangan, orangtua pemilik layangan telah datang, meminta maaf dan menyatakan akan bertanggung jawab.
Namun sejauh mana tanggung jawabnya, dirinya belum bisa memastikan. Sebab kerugian atas kejadian ini belum dihitung.
"Yang punya layangan itu anak-anak, masih warga sini. Dan orangtuanya sudah minta maaf dan mau bertanggung jawab. Tanggung jawabnya masih pembahasan. Intinya masalah ini kami selesaikan secara kekeluargaan," ujarnya.
Adi pun berharap kejadian ini menjadi pelajaran semua pihak. Yakni, ketika layangannya jatuh dan tersangkut, agar tidak ditarik paksa.
"Kami juga suka bermain layangan, tapi, marilah kita jadikan ini sebagai pelajaran, agar tidak terulang lagi kejadian serupa. Kalau layangan jatuh dan tersangkut kencang, jangan ditarik paksa lagi," tegasnya. (weg)