Berita Bali

Anggota DPR RI Tutik Kusuma Soroti Masalah Kesehatan Mental di Bali: Bundir Tertinggi di Indonesia

Anggota Komisi IX DRI RI, Ni Putu Tutik Kusuma Wardhani: penggunaan gadget pada anak bahkan balita menjadi salah satu pemicu gangguan mental.

Tribun Bali/Putu Supartika
Anggota Komisi IX DRI RI, Ni Putu Tutik Kusuma Wardhani saat menghadiri kegiatan Musyawarah Daerah DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI) Bali di Denpasar. Buka Musda DPD PKHI Bali, Tutik Kusuma Wardhani Gabung Dewan Pimpinan dan Jadi Mitra Aktif 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Anggota Komisi IX DRI RI, Ni Putu Tutik Kusuma Wardhani menyoroti masalah kesehatan mental di Bali.

Dirinya mengaku prihatin, apalagi Bali sebagai destinasi healing terbaik di dunia, justru kasus bunuh dirinya tertinggi di Indonesia.

"Bali sebenarnya destinasi healing terbaik di dunia, justru menempati kasus bunuh diri tertinggi di Indonesia. Memilukan lagi, dari berbagai laporan, beberapa kasus melibatkan anak-anak usia sekolah. Termasuk siswa kelas 3 SMP," katanya, Minggu 9 November 2025, saat membuka Musda DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI) Bali.  

Baginya hal ini merupakan alarm keras, bahwa kesehatan mental masyarakat Bali memerlukan perhatian serius dan langkah nyata bersama.

Baca juga: Kemenkes Tekankan Bangun Keseimbangan Mental di Era Modern, Disikapi Perusahaan Raksasa Korsel

Menurutnya, penggunaan gadget pada anak bahkan balita menjadi salah satu pemicu gangguan kesehatan mental.

"Saya melihat itu akan terjadi gangguan mental, adiktif itu. Saat diambil gadgetnya anak-anak marah. Kadang-kadang orang tua tidak sadar dan berharapan anak tenang. Padahal mengganggu kesehatan mental," katanya.

Oleh karena itu, langkah promotif dan preventif sangat diperlukan.

"Kasihan generasi muda, mereka cepat putus asa. Harus segera dikonseling dan psikolog. Jangan sampai sudah menderita baru ada tindakan," paparnya.

Ia pun berharap Dinas Kesehatan di Bali lebih aware/menyadari kondisi kesehatan, tidak hanya fisik tapi jiwa.

Selain itu, masyarakat juga jangan sampai terstigma, jika merasa jiwa tak sehat langsung ke psikolog.

"Jangan terstigma kalau masuk ke RS Jiwa sudah sakit jiwa. Padahal di situ banyak ada konseling, psikolog. Kalau diterapkan dan didukung keluarga dan masyarakat pasti sembuh," paparnya.(*)

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved