Inspirasi

Maggha, Gadis 16 Tahun Dirikan Yayasan untuk Bayi Telantar di Denpasar

Maggha berpesan jangan menelantarkan bayi di jalanan yang penuh dengan ancaman. Bawa saja ke yayasan, Maggha dan keluarganya akan bantu merawatnya.

Tribun Bali/Luh De Dwi Jayanthi
Maggha (kanan) sedang menggendong bayi bersama seorang bidan di Yayasan Metta Mama & Maggha di Jalan Gunung Lawu No. 30, Pemecutan Kelod, Denpasar Barat, Rabu (30/9/2015). 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Luh De Dwi Jayanthi

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Di balik jendela, terlihat seorang bidan sedang mengajak bayi bercanda, lalu menyuapinya dengan sesendok bubur.

Pemandangan itu dijumpai di sebuah rumah yang dikelilingi dedaunan hijau yang melekat di tembok, menyatu dengan halaman rumput yang membentang depan bangunan bergaya klasik.

Itu adalah Yayasan Metta Mama & Maggha di Jalan Gunung Lawu No. 30, Pemecutan Kelod, Denpasar Barat. Ketika Tribun Bali masuk ruangan, Rabu (30/9/2015), alas kaki dilepas, kemudian diminta untuk memakai hand sanitizer yang tersedia.

Rumah itu memiliki sirkulasi udara yang bebas, begitu juga cahaya masuk melalui jendela yang besar.

Masuk ke ruang pertama terdapat papan struktur kepengurusan dan ruang operator CCTV.

Lalu beranjak ke ruang sebelah, terdapat arena bermain bayi dilengkapi kereta bayi dan alas dipenuhi boneka.

Di sebelah timur ruangan itu, terdapat tempat tidur bayi.

Di sana ada tiga keranjang tidur tempat bayi beristirahat.

Masuk lagi ke dalam, terdapat kamar mandi khusus bayi, lemari pakaian, lengkap dengan segala peralatan mandi bayi.

Siapa sangka, yayasan yang sudah berdiri sejak Februari 2015 ini menampung dan merawat bayi-bayi telantar di Bali.

Maggha Karaneya Kang (16), mendirikan yayasan ini dibantu oleh mama dan neneknya.

Ia bercerita, sejak kecil, Maggha dan adiknya selalu diajak mama ke pasar tradisional dan panti asuhan.

"Sempat saat itu mama ketinggalan barang, lalu membiarkan aku duduk bersama anak tukang suun yang dua tahun lebih tua dari aku. Aku bingung mau ngapain, akhirnya mengeluarkan buku. Seketika anak itu tertegun, bertanya kenapa aku bisa membaca buku," papar Maggha dengan air muka heran.

Dari sana Maggha mengetahui bahwa masih saja ada anak yang merasa membaca buku itu merupakan sesuatu yang besar.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved