Made Bayak Ajak Siswa SD Olah Sampah Menjadi Karya Seni

"Saya ajarkan lewat media seni tapi bukan mewajibkan mereka tuk jadi seniman. Sekalian saya sisipkan sesi berdendang Bali Tolak Reklamasi," Made Bayak

Penulis: Cisilia Agustina. S | Editor: gunawan
istimewa
Siswa-siswi SD BPS tampak antusias mengikuti kelas Plasticology Made Bayak, Selasa (8/12/2015). Kegiatan ini dalam rangka pilot project untuk Parent Teaching yang dibentuk oleh Komite SD BPS. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Suasana riang tampak pada salah satu ruang kelas SD Bali Public School, Renon, Denpasar, Selasa (8/12/2015). Petikan gitar dari perupa Made Bayak mengiringi nyanyian Bali Tolak Reklamasi yang didendangkan oleh para siswa di sekolah tersebut.

Tak hanya mendendangkan Bali Tolak Reklamasi bersama, hari itu, Made Bayak memberikan materi mengenai Plasticology kepada sejumlah siswa di BPS. Cukup dengan presentasi singkat menggunakan power point yang kemudian dilanjutkan dengan praktek membuat karya oleh siswa-siswi tersebut.

Lewat kelas Plasticology, siswa-siswi kelas 4, 5 dan 6 SD dari BPS ini diberikan edukasi mengenai bahaya sampah plastik jika dibuang sembarangan. Solusi kecil yang diberikan oleh Bayak adalah dengan menjadikannya sebagai materi karya seni.

"Idenya adalah untuk memberikan informasi kepada mereka bahwa ada persoalan sekaligus anak-anak ini belajar solusinya," ujar Bayak kepada Tribun Bali.

Melalui media seni yang kemudian dikemas dengan menyenangkan, itu yang diterapkan olehnya pada sejumlah siswa yang mengikuti kelasnya pagi itu. Sebelumnya, anak-anak ini diminta untuk membawa sendiri sampah sebagai bahan karya mereka yang juga telah dicuci bersih.

"Saya ajarkan lewat media seni tapi bukan mewajibkan mereka tuk jadi seniman. Sekalian saya sisipkan sesi berdendang Bali Tolak Reklamasi yang disambut riang gembira oleh anak-anak," tambahnya.

Tak hanya Bayak yang hadir saat itu. Namun ada juga praktisi lain dari berbagai bidang yang datang hari itu dalam rangka Parent Teaching untuk mengenalkan profesi pada anak sejak dini. Meskipun bukan orang tua dari murid BPS, Bayak diundang hadir sebagai perwakilan dari kalangan seniman untuk membagikan ilmunya pada anak-anak.

"Ada pihak dari orangtua yang minta mengisi materi dalam rangka mengenalkan profesi pada anak," ujar Bayak.

Menurut Ketua Komite SD BPS, Endra Datta, acara yang menjadi Pilot Project ini diharapkan mampu mengenalkan profesi kepada siswa sedari dini. Dengan langsung melibatkan para orangtua dari berbagai profesi berbeda sebagai pemberi materi, ini juga sebagai upaya lain memberikan pelajaran yang berbeda.

"Biar orangtua bisa berinteraksi langsung dengan anak-anak. Dan untuk anak-anak sendiri biar ada penyegaran selain biasanya diajar guru," ujar Endra.

Antusias anak-anak pun ia katakan cukup bagus. Dimana mereka, yakni para siswa dari kelas 1-6 SD ini bersemangat mengikuti kegiatan tersebut yang dikemas dalam waktu satu setengah jam. Dibagi menjadi 2, dimana untuk kelas 1 dan 2 SD diberikan kelas yang ringan dan untuk kelas 3-6 kelas yang lebih serius.

Khususnya para siswa kelas 3-6 SD pun dibebaskan untuk mengikuti kelas mana yang mereka ingin ikuti. Antara lain kelas fotografi, membuat canang, plasticology, mengenal cara menjaga keselamatan diri bersama komunitas AMAN, melukis, menggambar, mengenal profesi dokter gigi, dan dokter umum.

“Ini baru pilot project, akan kami evaluasi dan ke depannya akan kami kemas lebih menarik lagi. Tadi anak-anak sudah antusias sekali ikut acara ini,” tambah Endra.(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved