Kanjeng Raden Ayu dari Keraton Solo Jalani Proses Sudhi Wadani, Awan Hitam Sirna Saat Ritual!
Pura Luhur Catur Kandapat Sari memiliki Parahyangan dan strukrur Pura dari semua arah
Penulis: A.A. Gde Putu Wahyura | Editor: Aloisius H Manggol
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Lantunan suling Jawa dan alat tiup riding dari Sunda menghiasi proses Sudhi Wadani (upacara untuk masuk ke Agama Hindu) yang dilaksanakan oleh Kanjeng Raden Ayu Mahindrani Kooswidyanthi Paramasari.
Tidak ada lantunan gamelan Bali ataupun kekidungan Bali dalam prosesi Sudhi Wadani yang berlangsung di Pura Luhur Catur Kandapat Sari, Pangideran Dewata Nawa Sangha, desa Peguyangan Kaja, Denpasar.
Baca: Mengharukan, Upacara Sudhi Wadani Kanjeng Raden Ayu dari Keraton Solo di Bali, Ini Penuturannya!
Suasana Jawa dan nusantara sangat kental dalam prosesi ini.
Awan hitam dan rintik hujan ringan sebenarnya mengawali prosesi Sidhi Wadani Kanjeng Mehindrani yang berasal dari keturunan Keraton Surakarta ini, namun karena mungkin acaranya memang harus terus berjalan seketika awan hitam membaur dan mentari menyinari pura tempat prosesi Sudhi Wadani.
Prosesi Sudhi Wadani Kanjeng Mahindrani dipuput oleh Sari Galuh Wiku Sri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun dari dari Kedhatuwan Kawista Bali, Blatungan, Pupuan, Tabanan.
Proses Sudhi Wadani ini diawali dengan pembersihan pura dan diri dari Kanjeng Mahindrani, setelah itu barulah ketika Sri Bhagawan selesai menucapkan mantra, Kanjeng Mahindrani diminta untuk mengikuti ucapan Sri Bhagawan saat melontarkan bait kedua Tri Sandya, mantra Om Narayana dan doa Gaya Tri Mantram.
“Om Nàràyana evedam sarvam yad bhùtam yac ca bhavyam, niskalanko nirañjano nirvikalpo, niràkhyàtah suddo deva eko, Nàràyano na dvitìyo'sti kascit. Om Hyang Widhi engkaulah sumber segala kehidupan, dihadapanmu aku berjanji engkau adalah sunber daripada kehidupan. Engkau tiada yang kedua engkau adalah yang satu,” ujar Kanjeng Mahendrani mengikuti ucapan Sri Bhagawan yang setelah itu menyatakan Kanjeng Mahendrani secara sah sudah masuk Hindu, di Pura Luhur Catur Kandapat Sari, Pangideran Dewata Nawa Sangha, desa Peguyangan Kaja, Denpasar, Senin (17/7/2017).
Setelah prosesi itu barulah Kanjeng Mahendrani mengikuti proses pawintanan dan diikatkan karawista (ikat kepala dari alang-alang) sebagai prosesi masuk Hindu.
Raut wajah Kanjeng Mahendrani memang tampak tegang selama prosesi upacara berlangsung, namun selepas upacara raut wajah senang dan terharu terlihat dari senyuman di bibirnya.
Wanita kelahiran Roma, Italia tahun 1961 ini tampak begitu terharu dan tak bisa berkata-kata melihat banyaknya masyarakat Bali yang ingin melihat prosesi upacaranya walaupun bukan berasal dari keluarganya langsung.
Dirinya hanya bisa tersenyum lepas selepas prosesi Sudhi Wedani selesai dengan lancar dan tanpa adanya hujan yang menghalangi prosesi upacara tersebut.
“Saya berterima kasih sekali bahwa hari ini adalah hari baik karena dari hati saya sendiri dan saudara saya sendiri mendukung. Ya apa ya saya ga bisa ngomong lagi,” ujarnya terbata-bata.
Ini Alasan Kanjeng Raden Ayu Mahindrani Masuk Agama Hindu
Setelah mengambil nafas sejenak, barulah wanita yang menggunakan kebaya putih dengan motif bunga biru dengan kamen batik jawa dengan sanggul ini kembali bercerita terkait keputusannya menjadi Hindu.