Gunung Agung Terkini
Pengungsi Gunung Agung di Karangasem Terpaksa Beli Lauk Sendiri, 'Dulu Banyak, Sekarang Menurun'
Untuk seharinya, kata Nengah Ngempon, pengungsi di Banjar Kereteg terpaksa beli lauk-pauk sendiri.
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Sejumlah lokasi pengungsian di Karangasem tidak mendapatkan logistik lauk-pauk.
Satu di antaranya lokasi pengungsian di Banjar Kereteg, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem dan posko pengungsian di Balai Masyarakat Bebandem, Desa/Kecamatan Bebandem.
Ni Nengah Ngembon (66), pengungsi asal Banjar Dinas Galih, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Jumat (1/12/2017), mengatakan, sejak seminggu lalu bantuan lauk-pauk terhambat.
Pengungsi di Banjar Kreteg hanya diberi beras dan air mineral.
Sedangkan bantuan lainnya belum sampai.
"Kalau beras nggak kekurangan. Sekarang yang dibutuhkan lauk-pauk dan logistik lainnya. Sudah satu minggu lebih pengungsi di sini nggak dapat bantuan lauk-pauk," kata Nengah Ngembon ditemui di Desa Sibetan.
Pihaknya berharap, pemerintah segera merespons dan beri bantuan lauk.
Untuk seharinya, kata Nengah Ngempon, pengungsi di Banjar Kereteg terpaksa beli lauk-pauk sendiri.
Setiap hari warga kadang mengeluarkan uang Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu untuk membeli lauk-pauk, seperti membeli beli sayur, mie, tempe, dan tahu.
"Sejak seminggu kita kekurangan logistik," kata Ni Nengah Ngempon.
Hal serupa juga terjadi di Pengungsian Balai Masyarakat Bebandem, Desa Bebandem.
Made Genah, pengungsi asal Banjar Tihingan Seka, Desa Bebandem mengatakan, kekurangan lauk-pauk.
Setiap hari hanya pakai tempe, tahu, dan mie.
Pengungsi memakai uang sendiri untuk beli lauk-pauk.
"Setiap hari mengeluarkan uang untuk beli lauk pauk dan kopi, Rp 20 ribu. Itu untuk 5 orang, istri, tiga orang anak, dan saya. Kopi gula sama sekali tidak ada bantuan. Saat ngungsi pertama bantuan banyak, sekarang menurun," imbuh I Made Genah.